Sunday, June 5, 2011

Cerita Cinta

Alkisah, di suatu pulau kecil tinggallah berbagai benda abstrak ada CINTA, kesedihan, kegembiraan, kekayaan, kecantikan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika kebersamaan mereka diuji dengan datangnya badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau yang mereka tempati.

Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri mereka masing-masing. CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan dari sahabat-sahabatnya yang akan lewat. Sementara itu air semakin naik membasahi kakinya.
Tak lama CINTA melihat kekayaan sedang mengayuh perahu, “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!,” teriak CINTA “Aduh! Maaf, CINTA!,” kata kekayaan “Aku tak dapat membawamu serta nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.” Lalu kekayaan cepat-cepat pergi mengayuh perahunya. CINTA sedih sekali, sahabatnya si kekayaan tidak mau menolongnya namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan! Tolong aku!,ijinkan aku naik perahu bersamamu” teriak CINTA. Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak dapat mendengar teriakan CINTA. Air semakin tinggi membasahi CINTA sampai ke pinggang dan CINTA semakin panik.
Tak lama lewatlah kecantikan “Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!,” teriak CINTA “Wah, CINTA kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu pergi. Nanti kau mengotori perahuku yang indah ini,” sahut kecantikan. CINTA sedih sekali mendengar jawaban dari kecantikan. Ia mulai menangis terisak-isak karena sahabat-sahabatnya tidak ada yang mau menolongnya. Saat itulah lewat kesedihan “Oh kesedihan, bawalah aku bersamamu!,” kata CINTA. “Maaf CINTA. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..,” kata kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. CINTA putus asa karena sahabat-sahabatnya telah pergi meninggalkan dirinya sendirian tanpa ada yang mau membawa cinta ikut serta dalam perahu mereka.
Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara “CINTA! Mari cepat naik ke perahuku!” CINTA menoleh ke arah suara itu dan cepat-cepat naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, CINTA turun dan perahu itu langsung pergi lagi. Pada saat itu barulah CINTA sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang menolongnya. CINTA segera bertanya pada penduduk pulau itu. “Yang tadi adalah WAKTU,” kata penduduk itu “Tapi, mengapa ia menyelamatkan aku? Aku tidak mengenalinya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolong” tanya CINTA heran. “Sebab HANYA WAKTULAH YANG TAHU BERAPA NILAI SESUNGGUHNYA DARI CINTA ITU”

Proses

Jalan hidup yang dilalui setiap orang tidak ada yang sama; selalu berbeda antar seorang dengan yang lain. Semua orang menjalani ujian dan proses yang membentuk hidup kita lebih arif, bijaksana, dewasa & berharap hanya kepada TUHAN. Satu hal yang saya tahu, sering kali kita tak pernah bersyukur buat apa yg kita alami. Kita selalu mengeluh & bilang bahwa TUHAN tidak adil. TUHAN tidak sayang saya, dsb Yang intinya kita banyak menyalahkan TUHAN, tanpa melihat ada apa dibalik semua peristiwa yang di-ijinkanNYA terjadi dalam hidup kita.
Kali ini saya belajar banyak untuk terus bersyukur apapun yang terjadi. Hidup saya terbelit hutang. Mulai dari saya menikah 2 tahun yang lalu sampai dengan hari ini saya masih mencicil hutang2 tersebut. Semuanya gara2 saya dan suami terjebak hutang kartu kredit dengan bunga berbunganya yang sangat tinggi. Saya sering Stress karena hutang tersebut apalagi debt collectornya sering tidak sopan & kasar, terlebih dengan penghasilan saya & suami yang pas2an dan habis untuk membayar hutang2 sehingga terkadang kami harus pintar2 gali lobang tutup lobang untuk membiayai hidup sehari2, karena jujur saja gaji kami tidak bisa menutup kebutuhan dengan anak satu dan hutang yang bertumpuk.
Hingga satu hari saya putuskan untuk meminjam uang pada perusahaan tempat saya bekerja yang belum genap satu tahun.
Pada saat saya menghadap pimpinan & mengatakan keperluan saya ingin pinjam uang 1 juta. Beliau bicara dengan keras bahwa kantor bukanlah bank dan kalau dia meminjamkan pada saya maka orang lain akan datang padanya untuk melakukan hal yang sama, dll, dsb. Perkataannya membuat saya malu dan menangis. Memang akhirnya dia memberikan pinjaman tersebut dan saya tidak menyalahkan pimpinan saya. Hanya saya malu dan merasa sepertinya tak layak menerima perkataan2nya yang merendahkan itu hanya untuk uang 1 juta.
Begitu saya keluar dari ruang pimpinan, saya menangis dihadapan Ester, teman sekantor saya, karena kebetulan mejanya berdekatan dengan saya. Dan dia cuma bilang : “Sudah, tak usah dipikirkan, kamu kan melakukan semua ini bukan untuk foya2, toh kamu melakukan semuanya untuk keperluan keluarga kamu dan tidak berbuat salah, mungkin memang saatnya kamu harus alami hal seperti ini. Saya tahu gimana perasaan kamu, tapi selama kamu merasa tidak berbuat salah, jalani aja” Huh, saya sempat protes “Saya malu Ter, emang kamu pernah mengalami hal seperti ini ?’
Ester menjawab, “Semua orang pernah mengalami PROSES seperti ini meskipun caranya berbeda2, saya pernah alami dimana teman2 saya mengumpulkan uang untuk operasi saya karena saya sudah tidak punya uang lagi.” Saya kaget, “Operasi? Operasi apa Ter?” Dia cuma tertawa dan dia bilang ” Saya pernah operasi tumor 2 kali. Sampai saat ini saya tidak pernah haid dan tidak bisa punya anak.”
“Loh, terus anak kamu yg sekarang ?” ” Dia saya adopsi. 5 tahun yang lalu saya harus menjalani semua proses operasi dan kemoterapi karena tumor tersebut. 2 kali saya harus mengalaminya karena ternyata setelah operasi pertama tumor tersebut tumbuh lagi dan rahim saya harus diangkat. Masih dengan tersenyum dia lanjutkan: “Meski tak kaya, ayah saya punya uang yang cukup sebelum saya sakit, tapi kami habis2an dan semua harta ludes untuk biaya pengobatan dan operasi2 saya. Malah pernah satu hari ketika saya sakit, pagi2 ayah saya tanya mau makan apa, saya bilang mau makan soto dan dia cuma bisa diam…… saya tanya kenapa? dan dia jawab bahwa dia tidak punya uang lagi…. Semangkuk soto aja, ayah saya tidak bisa membelikan untuk saya yang lagi sakit dan seumur hidup saya baru hari itu saya lihat ayah saya menangis karena tak bisa membelikan makan anaknya yang lagi sakit.”
Saya kembali menangis, tapi kali ini bukan karena rasa malu saya lagi…tapi karena saya melihat ternyata ada yang pernah mengalami proses yang lebih sulit dari saya. Saya malu bukan karena omongan pimpinan saya, tapi karena menjadi cengeng buat hal yg ternyata kecil sekali dibandingkan dengan apa yang teman saya alami, saya tak pernah mengira bahwa teman saya yang selalu ceria ternyata pernah mengalami saat2 yang begitu sulit. Tapi ceritanya menyadarkan saya, bahwa memang ada proses yang harus dijalankan oleh setiap orang di bumi ini, bukan untuk mendatangkan celaka tapi untuk mendatangkan hal2 baik buat hidup kita, agar lebih kuat dan berhasil melalui proses tersebut dengan tegar.
Apapun yang anda alami, Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu, untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang percaya dan mengasihiNYA. Coba lihatlah ke bawah, lihat penderitaan orang lain & mengucap syukur karena TUHAN selalu ijinkan cobaan terjadi tanpa melebihi kekuatan kita dan masih menyertai kita. Semoga kesaksian saya ini bisa jadi berkat dan memberi kekuatan kepada anda yang mungkin sedang mengalami masa2 sulit. TUHAN memberkati anda para pembaca pengharapan.com
“Penderitaan yang tidak membuat anda meninggal, pasti akan membuat anda lebih kuat”

I WILL PRAY FOR YOU

Ini ada kesaksian, mungkin dapat menguatkan kita utk
menjadi saksi Kristus di bawah ini merupakan kesaksian dari pendeta yang
kemarin berkotbah. Nama pendetanya Bp Wisnu. Berikut penuturan beliau ;
:

Beberapa waktu yang lalu saya ada pelayanan untuk Youth di daerah Tangerang.
Saya naik bis jurusan Tangerang pada siang harinya untuk menuju rumah kakak saya terlebih dulu karena pelayanan tersebut akan berlangsung sore hari. Di dalam bis yang penuh sesak tersebut, masuk pula
seorang pengamen cilik usia sekitar 7 - 8 tahun dengan berbekal kecrekan sederhana (mungkin dari tutup
botol) .
Berbekal alat musik sederhana tersebut,dia nyanyikan lagu "Yesus
ajaib, Tuhanku ajaib …." Dan kata-kata tersebut diulang terus menerus.

Hampir seluruh penumpang bis memarahi anak tersebut, "Diam kamu ! Jangan nyanyi lagu itu lagi. Kalau kamu nggak diam, nanti saya pukul kamu !"
Tapi ternyata anak tersebut tidak menanggapi kemarahan mereka dan dengan berani terus menyanyikan lagu
tersebut.
Saya dalam hati berkata "Tuhan, anak ini luar biasa. Kalau saya, belum tentu saya bisa / berani
melakukan hal tersebut."

Karena bis akan melanjutkan perjalanan menuju tol berikutnya, di pintu tol menuju Serpong (kalau tidak salah), hampir 3/4 penumpang turun dari bis tersebut termasuk saya dan pengamen cilik tersebut.
 Anak kecil itu didorong hingga akhirnya jatuh. Kemudian dia bangkit lagi. Tapi dia didorong oleh massa hingga terjatuh lagi. Semua penumpang bis mengerumuni anak itu. Saya masih ada di situ dengan
tujuan jika kemudian anak tsb akan ditempeleng atau dihajar, saya akan berusaha untuk menariknya lari menjauhi mereka.

Seluruh kerumunan itu baik pria maupun wanita menjadi marah, "Sudah dibilang jangan nyanyi masih nyanyi terus ! Kamu mau saya pukul ?" dst, dst.
Anak kecil itu hanya terdiam.

Setelah amarah mereka mulai mereda, anak kecil itu baru berbicara, "Bapak-bapak, Ibu-Ibu jika mau pukul saya, pukul saja. Kalau mau bunuh, bunuh saja. Tapi yang Bapak dan Ibu perlu tahu, walaupun saya
dipukul atau dibunuh saya tetap akan menyanyikan lagu tersebut."
Seluruh kerumunan menjadi terdiam sepertinya mulut mereka terkunci.

Kemudian dia melanjutkan,"Sudahlah….Bapak, Ibu tidak perlu marah-marah lagi. Sini .. saya doakan saja Bapak,Ibu"

Dan apa yang terjadi, seluruh kerumunan itu didoakan satu per satu oleh anak ini. Banyak yang tiba-tiba menangis dan akhirnya mau menerima Tuhan. Saya yang sedari tadi menyaksikan hal tersebut, kemudian pergi meninggalkan kerumunan tsb.

Saya melanjutkan naik mikrolet. Jalanan macet krn kejadian tersebut hingga mikrolet melaju dengan sangat lambat. Sopir mikroletnya bertanya , " Adaapa sih Pak? Koq banyak kerumunan?" Saya jawab " O, itu ada banyak orang didoakan oleh anak kecil"

Di saat mikrolet melaju dengan sangat pelan, tiba-tiba anak kecil pengamen itu naik mikrolet yang sama dengan saya. Saya kemudian bertanya, " Dik, kamu nggak takut dengan orang-orang itu ?"

Jawabnya, "Buat apa saya takut ? Roh yang ada dalam diri saya lebih besar dari roh apapun di dunia ini", tuturnya mengutip ayat Firman Tuhan."

Lanjutnya, "Bapak mau saya doakan?"

Saya terperanjat, "Kamu mau doakan saya ?"

Jawabnya, "Ya kalau Bapak mau"

Saya menjawab,"Baiklah. Kamu boleh doakan saya"

Doanya,"Tuhan berkati Bapak ini. Berkati dan urapi Bapak ini jika sore nanti dia akan ada pelayanan
Youth."

Sampai di situ, saya tidak bisa menahan air mata yang deras mengalir. Saya tidak peduli lagi dengan penumpang lain yang mungkin menonton kejadian tersebut. Yang saya tahu bahwa Tuhan sendiri yang
berbicara pada anak ini, dari mana dia tahu saya akan ada pelayanan Youth sore ini.

Kesaksian ditutup sampai di situ dan dengan satu kesimpulan, jika kita mau, Tuhan bisa pakai kita lebih lagi. Bukan kemampuan tapi kemauan yang Tuhan kehendaki.
 Tuhan memberkati.~

Nilai Kasih

Pada suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur yang sedang menyiapkan makan malam, dan ia menyerahkan selembar kertas yang selesai ditulisinya.



Setelah ibunya mengeringkan tangannya dengan celemek, ia membacanya dan inilah tulisan si anak:



= Untuk memotong rumput minggu ini Rp. 7.500,00



= Untuk membersihkan kamar minggu ini Rp. 5.000,00



= Untuk pergi ke toko menggantikan mama Rp. 10.000,00



= Untuk menjaga adik waktu mama belanja Rp. 15.000,00



= Untuk membuang sampah setiap hari Rp. 5.000,00



= Untuk raport yang bagus Rp. 25.000,00



= Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 12.500,00



———————————



Jumlah hutang Rp. 80.000,00



Si ibu memandang anaknya yang berdiri di situ dengan penuh harap, dan berbagai kenangan terlintas dalam pikiran ibu itu.



Kemudian ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya, dan menulis:



. Untuk sembilan bulan ketika mama mengandung kamu selama kamu tumbuh dalam perut mama, GRATIS.



. Untuk semua malam ketika mama menemani kamu, mengobati kamu, dan mendoakan kamu, GRATIS.



. Untuk semua saat susah, dan semua air mata yang kamu sebabkan selama ini, GRATIS.



. Untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan untuk rasa cemas di waktu yang akan datang, GRATIS.



. Untuk mainan, makanan, baju, dan juga menyeka hidungmu, GRATIS. Anakku.



Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati mama adalah GRATIS.



Setelah selesai membaca apa yang ditulis ibunya, ia menatap wajah ibunya dan berkata: 'Ma, aku sayang sekali pada Mama'.



Dan kemudian ia mengambil pulpen dan menulis dengan huruf besar-besar: "LUNAS"

Pelajaran Hidup

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam
Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu
Saat kau berumur 3 tahun, dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai
Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan
Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah
Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah Sebagai balasannya, kau berteriak : “NGGAK MAU!” Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga
Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu
Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus pianomu Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih
Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam
Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop Sebagai balasannya, kau minta dia duduk dibaris lain
Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa Sebagai balasannya, kau tunggu dia sampai dia keluar rumah
Saat kau berumur 13 tahun, ia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode
Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kemahmu selama libur sebulan Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya
Saat kau berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukmu Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu
Saat kau berumur 16 tahun, dia mengajari kamu untuk mengemudi mobilnya Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli akan kepentingannya
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu sampai pagi
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar tidak malu di depan teman-temanmu
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya : ” Darimana saja seharian ini?” Sebagai balasannya, kau jawab : “Ah, cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang saja !”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk kariermu di masa depan Sebagai balasannya, kau katakan : “Aku tidak mau seperti kamu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dan haru saat kau lulus perguruan tinggi Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa main ke luar negeri
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu sebagai balasannya, kau ceriterakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan Sebagai balasannya, kau mengeluh :”Aduuhhh, bagaimana sih kok bertanya seperti itu?”,
Saat kau berumur 25 tahun, dia membantumu membiayai pernikahanmu Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km
Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan nasehat bagaimana merawat bayimu Sebagai balasannya, kau katakan : “Sekarang jamannya sudah berbeda!”
Saat kau berumur 40 tahun, dia meneleponmu untuk memberitahu pesta salah seorang saudara dekatmu Sebagai balasannya, kau jawab : “Aku sibuk sekali, nggak ada waktu!”
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya
Dan hingga SUATU HARI , dia meninggal dengan tenang….. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, dan itu menghantam HATIMU bagaikan pukulan godam
MAKA……. Jika orang tuamu masih ada, jangan lupa berikanlah kasih sayang dan perhatianmu lebih dari yang pernah kau berikan selama ini, jika orang tuamu sudah tiada, ingatlah akan kasih sayang dan cintanya yang telah diberikannya dengan tulus tanpa syarat kepadamu…….

Pria di Dekat Jendela

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit pernafasan yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru­-parunya. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu. Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya yang patah, sehingga jauh dari jendela & tak dapat melihat pemandangan luar.
Setiap hari mereka saling bercakap-cakap selama berjam-jam. Mereka membicarakan istri dan keluarga, rumah, pekerjaan, keterlibatan mereka di ketentaraan, dan tempat2 yang pernah mereka kunjungi selama liburan, dsb.
Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria kedua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna ­warna indah yang ada di luar sana.

“Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah.” Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.
Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah.
Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu. Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tersenyum tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah. Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatunya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.
Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu seperti yang biasa ia dengar melalui kisah2 pria didekat jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

la berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah­-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu. Perawat itu menjawab bahwa sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta bahkan tidak bisa melihat tembok sekalipun. “Barangkali ia ingin memberimu semangat hidup,” kata perawat itu. ” la memang selalu begitu. Meski buta, ia selalu memberi semangat pada orang lain, menceritakan kisah2 indah agar semua orang tersenyum, tetap semangat & tidak putus asa. Ia selalu menceritakan keindahan dunia ini, agar semua orang bersyukur atas apa yg TUHAN berikan. Walau matanya buta, hatinya melihat seisi dunia, melebihi kita.”


Sentuh Hatiku

Allah Peduli

Ku Mau Cinta Yesus Selamanya

Stream Of Praise

Be Happy.......................

1. Kebahagiaan sejati bukan berasal dari luar, melainkan ada di dalam diri kita sendiri. Belajarlah menerima diri Anda apa adanya sehingga Anda bisa merasakan kebahagian yang sesungguhnya.

2. Stop membandingkan diri dengan orang lain. Setiap manusia dilahirkan dengan keunikan dan kelebihan sendiri. Dan tidak ada kehidupan yang lebih baik, selain bisa menjadi diri sendiri.

3. Belajarlah memberi dengan rasa ikhlas. Jangan bebani hidup dengan imbalan karena hanya akan mendatangkan kekecewaan jika Anda tak mendapatkannya. Anda bisa memulainya dengan hal-hal sederhana, misal selalu tersenyum atau memerhatikan orang-orang di sekeliling sehingga orang-orang pun akan merasa nyaman berada di dekat Anda.

4. Pandanglah setiap kesulitan dengan cara yang positif. Ini akan mendatangkan keindahan dan kebahagiaan. Semakin mampu menanggulagi kesulitan, Anda akan tampak semakin “bercahaya” dengan kekuatan yang Anda miliki.

5. Jangan mematok hidup terlalu tinggi. Ketahuilah batasan kemampuan Anda dan Anda akan merasa menjadi manusia yang lebih sempurna dan berarti.

6. Jauhkan diri dari ketakutan, dekatkan diri pada Tuhan. Nikmati dan cintailah hal-hal kecil di sekeliling Anda yang dapat mendatangkan kebahagiaan, seperti mendengarkan suara burung di pagi hari atau bersenandung.

sumber : pengharapan.com

Satu Papan Setiap Hari

Tuhan tidak membangun rumah dalam waktu satu malam, tetapi yang lebih sering terjadi adalah Dia memakukan sepotong papan setiap hari. Itulah moto hidup yang dipegang oleh Margareth. Margareth adalah seorang janda berusia empat puluh tahunan yang tinggal di sebuah panti jompo. Pada waktu muda, Margareth bukanlah wanita yang tergolong murah hati, tetapi seiring dengan bertambahnya usia, hatinya terbentuk menjadi pribadi yang murah hati.
Suatu hari Margareth merasa Tuhan memintanya melakukan sesuatu untuk gereja tempat ia beribadah, yang ada di lingkungan kumuh. Seminggu sekali Margareth keluar untuk belanja bahan makanan, dan ia mendapat hikmat untuk menabung semua uang receh sisa dari belanjanya, bagi anak-anak di gereja itu. Sebenarnya ia berharap bisa mengerjakan satu pelayanan yang lebih besar, tetapi ia belajar untuk taat pada kehendak yang Tuhan taruh di hatinya. Pada hari Natal, Margareth membungkus uang recehnya yang kurang lebih 10 dolar dan memberinya ke gereja. Ia berpesan bahwa uang itu hanya untuk anak-anak dan tidak boleh dipakai untuk keperluan lainnya.
Suatu sore, seorang wanita mengunjungi Margareth dan bertanya mengapa ada banyak uang receh di stoplesnya dan ia menjelaskan misiya. "Margareth, saya tidak bergabung dalam satu gereja, bolehkah saya ikut menabung dan memberikannya kepada anak-anak di gerejamu?' tanya wanita itu dengan tulus. "Tentu boleh," jawab Margareth. Tak lama kemudian sekitar 30 orang yang tinggal di panti jompo itu menabung uang receh mereka untuk mendukung misi yang diemban oleh Margareth. Karya Tuhan yang besar sedang bekerja melalui orang-orang kecil yang tinggal di panti jompo itu. Pada Natal berikutnya, mereka membuka stoples dan memberikan uang receh berjumlah 20.000 dolar ke perayaan Natal anak-anak. Anak-anak yang menerima hadiah itu pulang dengan kantong yang dipenuhi oleh uang recehan. Saat anak-anak tersebut tahu cerita di balik uang receh yang mereka terima, mereka ingin mengunjungi panti jompo dan menyanyikan lagu-lagu Natal di sana. Sang Pendeta mengajak mereka ke sana, dan mereka berkumpul dalam sukacita yang besar.
Margareth pernah berkecil hati terhadap ide sederhana yang Tuhan taruh di hatinya. Ia mengharapkan Tuhan akan memberinya pelayanan yang lebih bergengsi, bukan dengan mengumpulkan recehan. Namun saat ia merenungkan karya Tuhan yang dihidupinya, hatinya berkata, "Terkadang Tuhan membangun sebuah rumah dengan satu papan setiap hari."
Sekecil apa pun perkara yang kita kerjakan dengan tekun, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, pasti akan berkembang dan memberi dampak yang hebat. Karena itu, jangan pernah berkecil hati ketika masih dipercayakan perkara yang kecil. Kerjakan sampai tuntas sehingga nanti Tuhan berkata, "Baik sekali pekerjaanmu hambaKu yang baik dan setia!"
Doa
Tuhan Yesus, ajarlah aku tekun dan setia mengerjakan tugas serta tanggung jawab yang Kau beri untuk kuselesaikan. Mohon beriku kekuatan untuk menuntaskannya. Amin.
(Manna Sorgawi Edisi Juli 2010).


Biskuit Amin

Sebelumnya saya belum pernah mendengar tentang "biskuit amin", sampai cucu saya Amanda ke rumah bersama orang tuanya. Amanda masih kecil, usianya belum mencapai tiga tahun, tapi orang tuanya selalu mengajarinya berdoa untuk segala sesuatu yang ia terima.
Suatu sore, Amanda duduk di kursi menghadap meja makan. Sambil menunggu makanan selanjutnya, mamanya memberikan tiga biskuit kepadanya. Saya melihat Amanda kecil menundukkan kepala dan menyentuh biskuit pertama dengan jari telunjuknya, sambil berkata, "Biskuit amin." Ia mengambil lagi biskuit kedua dan berkata, "Biskuit amin," begitu juga dengan biskuit terakhir, ia mengambilnya sambil berkata, "Biskuit amin."
Amanda tahu bahwa ia harus menaikkan doa syukur setiap kali menerima sesuatu. Memang, karena faktor usia ia hanya bisa mengatakan "amin" untuk menggambarkan doa. Tetapi kebiasaannya itu telah memberikan pelajaran penting bagi saya. Sejak kejadian itu, saya mulai memikirkan mengenai kata "amin" yang selalu diucapkannya. Amin adalah kata Ibrani yang berarti pasti atau sungguh benar. Amin juga merupakan suatu pernyataan iman bahwa Tuhan itu kekal, bahwa hal ini sungguh benar. Di dalam Perjanjian Lama, kita melihat bagaimana umat Israel menggunakan kata 'amin"ini. "Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Maka seluruh umat mengatakan: "Amin! Pujilah TUHAN!" (1 Taw 16:36).
"Amin" biasanya diucapkan untuk mengakhiri sebuah doa, bisa juga berarti "sudah selesai". Alkitab juga diakhiri dengan kata "Amin" yang menunjukkan bahwa semua firman yang dituliskan adalah benar dan sungguh demikian adanya. Hari itu saya belajar beberapa hal dari cucu saya Amanda, dan biskuit aminnya:
Saya belajar bahwa doa harus menjadi gaya hidup dan hal yang utama. Saya belajar mengucap syukur untuk apa pun yang ada di atas piring saya. Saya belajar untuk beriman dan mempercayai Tuhan meskipun yang ada di di hadapan saya saat itu hanya tiga buah biskuit. Saya belajar untuk menikmati dengan sukacita "biskuit" yang sudah Tuhan berikan. Saya belajar untuk bersabar menunggu Tuhan memberikan berkat berikutnya yang sedang Ia persiapkan bagi saya. Saya belajar bersyukur kepada Tuhan untuk hal-hal kecil, dan tidak protes meskipun saya hanya mempunyai "tiga biskuit".
Sudahkah Anda bersyukur kepada Tuhan untuk apa yang Dia berikan dalam hidup Anda? Untuk kesehatan, pekerjaan, tempat tinggal, pakaian, makanan, kendaraan, pasangan dan segala sesuatunya? 1 Tesalonika 5:18, "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Yesus Kristus bagi kamu."
Doa
Bapa, terima kasih atas segala berkat yang Engkau limpahkan dalam hidupku. Aku menikmatinya dengan bersyukur padaMu. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
(Manna Sorgawi Edisi Juli 2010)

"Bacanya yang keras, ya Pa..........!"

Semuanya itu disadari John pada saat dia termenung seorang diri, menatap kosong keluar jendela rumahnya. Dengan susah payah ia mencoba untuk memikirkan mengenai pekerjaannya yang menumpuk. Semuanya sia-sia belaka.
Yang ada dalam pikirannya hanyalah perkataan anaknya Magy di suatu sore sekitar 3 minggu yang lalu. Malam itu, 3 minggu yang lalu John membawa pekerjaannya pulang. Ada rapat umum yang sangat penting besok pagi dengan para pemegang saham.
Pada saat John memeriksa pekerjaannya, Magy putrinya yang baru berusia 4 tahun datang menghampiri, sambil membawa buku ceritanya yang masih baru. Buku baru bersampul hijau dengan gambar peri. Dia berkata dengan suara manjanya, “Papa lihat!” John menengok kearahnya dan berkata, “Wah, buku baru ya?”, “Ya Papa!” katanya berseri-seri, “Bacain dong!”, “Wah, Ayah sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh”, kata John dengan cepat sambil mengalihkan perhatiannya pada tumpukan kertas di depan hidungnya.

Magy hanya berdiri terpaku disamping John sambil memperhatikan. Lalu dengan suaranya yang lembut dan sedikit dibuat-buat mulai merayu kembali “Tapi mama bilang Papa akan membacakannya untuk Magy”. Dengan perasaan agak kesal John menjawab: “Magy dengar, Papa sangat sibuk. Minta saja Mama untuk membacakannya”. “Tapi Mama lebih sibuk daripada Papa” katanya sendu. “Lihat Papa, gambarnya bagus dan lucu.” “Lain kali Magy, sana! Papa sedang banyak kerjaan.”
John berusaha untuk tidak memperhatikan Magy lagi. Waktu berlalu, Magy masih berdiri kaku di sebelah Ayahnya sambil memegang erat bukunya. Lama sekali John mengacuhkan anaknya. Tiba-tiba Magy mulai lagi “Tapi Papa, gambarnya bagus sekali dan ceritanya pasti bagus! Papa pasti akan suka”. “Magy, sekali lagi Ayah bilang: Lain kali!” dengan agak keras John membentak anaknya.
Hampir menangis Magy mulai menjauh, “Iya deh, lain kali ya Papa, lain kali”. Tapi Magy kemudian mendekati Ayahnya sambil menyentuh lembut tangannya, menaruh bukunya dipangkuan sang Ayah sambil berkata “Kapan saja Papa ada waktu ya, Papa tidak usah baca untuk Magy, baca saja untuk Papa. Tapi kalau Papa bisa, bacanya yang keras ya, supaya Magy juga bisa ikut dengar”.
John hanya diam. Kejadian 3 minggu yang lalu itulah sekarang yang ada dalam pikiran John. John teringat akan Magy yang dengan penuh pengertian mengalah. Magy yang baru berusia 4 tahun meletakkan tangannya yang mungil diatas tangannya yang kasar mengatakan: “Tapi kalau bisa bacanya yang keras ya Pa, supaya Magy bisa ikut dengar”. Dan karena itulah John mulai membuka buku cerita yang diambilnya, dari tumpukan mainan Magy di pojok ruangan.
Bukunya sudah tidak terlalu baru, sampulnya sudah mulai usang dan koyak. John mulai membuka halaman pertama dan dengan suara parau mulai membacanya. John sudah melupakan pekerjaannya yang dulunya amat sangat penting. Ia bahkan lupa akan kemarahan dan kebenciannya terhadap pemuda mabuk yang dengan kencangnya menghantam tubuh putrinya di jalan depan rumah. John terus membaca halaman demi halaman sekeras mungkin, cukup keras bagi Magy untuk dapat mendengar dari tempat peristirahatannya yang terakhir. Mungkin…
JANGAN JADIKAN DIRI ANDA SEPERTI JOHN, SAAT SEMUANYA TERJADI, PENYESALAN SUDAH SANGAT TERLAMBAT…… LAKUKAN SESUATU SEBELUM ANDA TERLAMBAT UNTUK MENYADARINYA, BERIKANLAH KEBAHAGIAAN BAGI MEREKA YANG ANDA CINTAI. APAKAH ANDA BENAR-BENAR MENCINTAI MEREKA?

Nama mu tidak kutemukan

Aku berlutut untuk berdoa, tetapi hanya singkat sekali, karena banyak sekali pekerjaan yang harus kuselesaikan. Aku sangat tergesa-gesa untuk melakukan pekerjaanku, karena banyaknya kewajiban dan tagihan yang harus kubayar di akhir bulan. Jadi, aku hanya berlutut dan mengucapkan doa singkatku dengan tergesa-gesa, kemudian segera beranjak dan tenggelam dengan kesibukanku. Dengan melakukan doa terburu-buru, aku merasa sudah melakukan kewajibanku sebagai orang Kristen.
Sepanjang hari dalam hidupku, aku tidak pernah punya waktu untuk sekedar mengucapkan kata-kata penghiburan kepada sesamaku dan tidak ada waktu untuk menceritakan tentang Yesus kepada teman-temanku. “Tak ada waktu, tak ada waktu, terlalu banyak yang harus kulakukan!” itulah yang selalu kukatakan setiap hari. Tidak ada waktu untuk mengisi jiwaku dengan makanan rohani. Tanpa terasa, waktuku habis. Aku datang menghadap Tuhan, berdiri di hadapanNya dengan mata lelah, sedih dan putus asa. Di tanganNya terdapat buku yang besar, dan aku tahu bahwa itu adalah buku kehidupan. Tuhan memandang pada buku yang ada di tanganNya, menelusuri dengan jariNya, seolah mengharapkan namaku ada di sana. Lalu Ia pun berkata, “Namamu tidak Kutemukan di sini.” Aku menangis ... dulu berkali-kali aku ingin pergi “menuliskan” namaku di sana. Selalu ada dorongan di dalam hatiku untuk melakukannya, namun aku tidak pernah punya waktu.
Tuhan selalu berharap agar kita datang kepadaNya, Ia berkali-kali mengutus hamba-hambaNya untuk berbicara kepada kita, Ia berbicara melalui renungan yang kita baca, namun kita tidak pernah punya waktu untuk datang kepadaNya. Kita berharap kesibukan kita akan selesai sehingga ada waktu untuk datang kepadaNya. Kita juga mengharapkan agar usia kita akan panjang, sehingga pada waktunya nanti kita bisa datang kepadaNya. Menunda dan menunda, dengan harapan bahwa waktu akan kompromi. Kalaupun kita memberikan waktu, itu terjadi begitu singkat dan terburu-buru, karena pekerjaan rasanya jauh lebih penting.
Namun akan tiba saatnya ketika segalanya sudah terlambat. Tidak ada lagi waktu untuk memperbaiki diri, tidak ada lagi kesempatan untuk datang kepadaNya, kecuali kedatangan kita untuk menerima penghakimanNya. Jika sampai hari ini kita belum bertindak apa-apa dan masih mengeraskan hati, datanglah segera kepadaNya. Berikan waktu untuk Tuhan karena kebersamaan denganNya membawa dampak kekekalan. Kesibukan hidup di dunia ini akan segera berakhir dan kita akan diperhadapkan pada kekekalan. Marilah kita memilih sesuatu yang tidak bersifat fana, pilihan yang akan menorehkan nama kita di kitab kehidupan. “Pada hari ini, jika kamu mendengar suaraNya, janganlah keraskan hatimu!” (Ibr 4:7).

When We Have To Choose

Alkisah seorang raja yang kaya raya dan sangat baik, ia mempunyai banyak sekali emas dan kuningan, karena terlalu banyak sehingga antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu. Suatu hari raja yang baik hati ini memberikan hadiah emas kepada seluruh rakyatnya, dia membuka gudangnya lalu mempersilakan rakyatnya mengambil kepingan emas terserah mereka.
Karena antara emas dan kuningan tercampur menjadi satu sehingga sulit sekali di bedakan, mana yang emas dan mana yang kuningan, lalu mana yang emasnya 24 karat dan mana yang emasnya hanya 1 karat, namun ada peraturan dari sang raja, yaitu apabila mereka sudah memilih dan mengambil satu dari emas itu, mereka tidak boleh mengembalikannya lagi. Tetapi raja menjanjikan bagi mereka yang mendapat emas hanya 1 karat atau mereka yang mendapatkan kuningan, mereka dapat bekerja dikebun raja dan merawat pemberian raja itu dengan baik, maka raja akan menambah dan memberikan kadar karat itu sedikit demi sedikit.

Mendengar itu bersukacitalah rakyatnya, sambil mengelu-elukan rajanya. Mereka datang dari penjuru tempat, dan satu persatu dari mereka dengan berhati-hati mengamat-amati benda-benda itu, waktu yang diberikan kepada mereka semua ialah satu setengah hari, dengan perhitungan setengah hari untuk memilih, setengah hari untuk merenungkan, dan setengah hari lagi untuk memutuskan.
Para prajurit selalu siaga menjaga keamanan pemilihan emas tersebut, karena tidak jarang terjadi perebutan emas yang sama diantara mereka. Selama proses pemilihan berlangsung, seorang prajurit mencoba bertanya kepada salah seorang rakyatnya! , “apa yang kau amat-amati, sehingga satu setengah hari kau habiskan waktumu disini? “, jawab orang itu “tentu saja aku harus berhati-hati, aku harus mendapatkan emas 24 karat itu “, lalu tanya prajurit itu lagi “seandainya emas 24 karat itu tidak pernah ada, atau hanya ada satu diantara setumpuk emas ini, apakah engkau masih saja mencarinya?, sedangkan waktumu sangat terbatas “, jawab orang itu lagi “tentu saja tidak, aku akan mengambil emas terakhir yang ada ditanganku begitu waktuku habis”.
Lalu prajurit itu berkeliling dan ia menjumpai seorang yang tampan, melihat perangainya ia adalah seorang kaya, bertanyalah prajurit itu kepadanya “hai orang kaya apa yang kau cari disini, bukankah engkau sudah lebih dari cukup? “, jawab orang kaya itu “bagiku hidup adalah uang, kalau aku bisa mengambil emas ini, tentu saja itu berarti menambah keuntunganku “.
Kemudian prajurit itu kembali mengawasi satu persatu dari mereka, maka tampak oleh nya seseorang, yang sejak satu hari ia selalu menggenggam kepingan emasnya, lalu dihampirinya orang itu “mengapa engkau diam disini?, tidakkah engkau memilih emas-emas itu? atau tekadmu sudah bulat untuk mengambil emas itu? “, mendengar perkataan prajurit itu, orang ini hanya diam saja, maka prajurit itu bertanya lagi “atau engkau yakin bahwa itulah emas 24 karat, sehingga engkau tidak lagi berusaha mencari yang lain?”, orang itu masih terdiam, prajurit itu semakin penasaran, lalu ia lebih mendekat lagi “tidakkah engkau mendengar pertanyaanku? “, sambil menatap prajurit, orang itu menjawab “tuan saya ini orang miskin, saya tidak pernah tahu mana yang emas dan mana yang kuningan, tetapi hati saya memilih emas ini, sayapun tidak tahu, berapa kadar emas ini, atau jika ternyata emas ini hanya kuninganpun saya juga tidak tahu “. “lalu mengapa engkau tidak mencoba bertanya kepada mereka, atau kepadaku kalau engkau tidak tahu ” tanya prajutit itu lagi.
“Tuan emas dan kuningan ini milik raja, jadi menurut saya hanya raja yang tahu, mana yang emas dan mana yang kuningan, mana yang 1 karat dan mana yang 24 karat. Tapi satu hal yang saya percaya janji raja untuk mengubah kuningan menjadi emas itu yang lebih penting ” jawabnya lugu.
Prajurit ini semakin penasaran “mengapa bisa begitu? “, “bagi saya berapapun kadar karat emas ini cukup buat saya, karena kalau saya bekerja, saya membutuhkan waktu bertahun-tahun menabung untuk membeli emas tuan” prajurit tampak tercengang mendengar jawaban dari orang ini, lalu ia melanjutkan perkataannya “lagi pula tuan, peraturannya saya tidak boleh menukar emas yang sudah Saya ambil “, “tidakkah engkau mengambil emas-emas yang lain dan menukarkannya sekarang, selagi masih ada waktu? ” tanya prajurit lagi, “saya sudah menggunakan waktu itu, kini waktu setengah hari terakhir saya, inilah saatnya saya mengambil keputusan!, jika saya gantikan emas ini dengan yang lain, belum tentu saya mendapat yang lebih baik dari punya saya ini, saya memutuskan untuk mengabdi pada raja dan merawat milik saya ini, untuk menjadikannya emas yang murni “,
Tak lama lagi lonceng istana berbunyi, tanda berakhir sudah kegiatan mereka. Lalu raja keluar dan berdiri ditempat yang tinggi sambil berkata “wahai rakyatku yang kukasihi, semua emas yang kau genggam itu adalah hadiah yang telah kuberikan, sesuai dengan perjanjian, tidak seorangpun diperbolehkan menukar ataupun menyia-nyiakan hadiah itu, jika didapati hal diatas maka orang itu akan mendapat hukuman karena ia tidak menghargai raj ” kata-kata raja itu disambut hangat oleh rakyatnya.
Lalu sekali lagi dihadapan rakyatnya raja ingin memberitahu tentang satu hal “dan ketahuilah, bahwa sebenarnya tidak ada emas 24 karat itu, hal ini dimaksudkan bahwa kalian semua harus mengabdi kepada kerajaan, dan hanya akulah yang dapat menambah jumlah karat itu, karena akulah yang memilikinya. Selama satu setengah hari, setengah hari yang kedua yaitu saat kuberikan waktu kepada kalian semua untuk merenungkan pilihan, kalian kutunggu untuk datang kepadaku menanyakan perihal emas itu, tetapi sayang sekali hanya satu orang yang datang kepadaku untuk menanyakannya “.
Demikianlah raja yang baik hati dan bijaksana itu mengajar rakyatnya, dan selama bertahun-tahun ia dengan sabar menambah karat satu persatu dari emas rakyatnya.

dikutip dari :
Kumpulan Sharing dan Cerpen Judul Asli:
When We Have to Choose
Berharap melalui alkisah diatas kita dapat merefleksi diri dalam mencari pasangan hidup :

1. Bagi yang sedang mencari pasangan alias cari pacar (setengah hari untuk memilih)
Memilih memang boleh tapi manusia tidak ada yang sempurna, jangan lupa emas-emas itu milik sang raja, jadi hanya dia yang tahu menahu masalah itu, artinya setiap manusia milik Tuhan jadi berdoalah untuk berkomunikasi denganNya tentang pasangan Anda.

2. Bagi yang telah memperoleh pasangan tapi belum menikah (setengah hari untuk merenungkan)
Mungkin pertama kali Anda mengenal, si dia nampak emas 24 karat, ternyata setelah bertahun-tahun kenal, si dia hanya berkadar 10 karat.
Diluar, memang kita dihadapkan dengan banyak pilihan, sama dengan rakyat yang memilih emas tadi, akan tetapi pada saat kita sudah mendapatkannya, belum tentu waktu kita melepaskannya kita mendapat yang lebih baik. Jadi jika dalam tahap ini Anda merasa telah mendapatkan dia, hal yang terbaik dilakukan ialah menilai secara objektif siapa dia (karena itu keterbukaan dan komunikasi sangat penting dalam menjalin hubungan), dan menyelaraskan hati Anda bersamanya, begitu Anda tahu tentang hal terjelek dalam dirinya sebelum Anda menikah itu lebih baik, dengan demikian Anda tidak merasa shock setelah menikah, tinggal bagaimana Anda menerimanya, Anda mampu menerimanya atau tidak, Anda mengusahakan perubahannya atau tidak, “cinta selalu berjuang “, dan jangan anggap tidak pernah ada masalah dalam jalan cinta Anda, justru jika dalam tahap ini Anda tidak pernah mengalami masalah dengan pasangan Anda (tidak pernah bertengkar mungkin) Anda malah harus berhati- hati, karena ini adalah hubungan yang tidak sehat, berarti banyak kepura-puraan yang ditampilkan dalam hubungan Anda yang terpenting adalah niat baik diantara pasangan, sehingga dengan komitmen dan cinta, segala sesuatu selalu ada jalan keluarnya. Meskipun dalam tahap ini Anda masih punya waktu setengah hari lagi untuk memutuskan, artinya anda masih dapat berganti pilihan, akan tetapi pertimbangkan dengan baik hal ini.

3. Bagi yang telah menikah (setengah hari untuk memutuskan)
Dalam tahap ini, siapapun dia berarti anda telah mengambil keputusan untuk memilihnya, jangan berfikir untuk mengambil keuntungan dari pasangan Anda, jika ini terjadi berarti Anda egois, sama halnya dengan orang kaya diatas, dan dengan demikian Anda tidak pernah puas dengan diri pasangan Anda,maka tidak heran banyak terjadi perselingkuhan. Anda tidak boleh merasa menyesal dengan pilihan Anda sendiri, jangan kuatir raja selalu memperhatikan rakyatnya, dan menambah kadar karat pada emasnya.
Jadi percayalah kalau Tuhan pasti akan memperhatikan Anda, dan Dia yang paling berkuasa mengubah setiap orang. Perceraian bukanlah solusi, sampai kapan kita harus menikah lalu bercerai, menikah lagi dan bercerai lagi???, ingatlah si dia adalah hadiah, siapapun dia terimalah dia karena sekali lagi itulah pilihan Anda, ingat ini adalah setengah hari terakhir yaitu waktu untuk memutuskan, setelah itu Anda tidak boleh menukar atau menyia-nyiakan emas Anda, jadi peliharalah pasangan Anda sebagaimana hadiah terindah yang telah Tuhan berikan. Dan apapun yang terjadi dengan pasangan Anda komunikasikanlah dengan Tuhan, karena Dia yang memiliki hati setiap manusia..

Suatu Kisah Sejati

John dan Jessica telah berumah tangga selama 7 tahun …
Mereka saling mencintai, namun Jessica sejak awal menutupi semua perasaan cintanya terhadap John. Ia begitu takut apabila John mengetahui betapa ia mencintai pria itu, John lantas meninggalkannya sebagaimana kekasih-kekasihnya selama ini. Tapi tidak bagi John. Ia selalu menyatakan perasaan cintanya kepada Jessica dengan tulus dan begitu terbuka. Setiap saat ketika bersama Jessica, John selalu menunjukkan cintanya yang besar,  seolah-olah itulah saat akhir John bersama Jessica.
Jessica selalu bersikap tidak menyenangkan terhadap John. Setiap saat dia selalu mencoba menguji seberapa besar cinta John terhadapnya. Jessica selalu mencoba melakukan hal-hal yang keterlaluan dan diluar batas kepada John. Meski Jessica tahu betapa hal itu sungguh salah, namun melihat sikap John yang tetap berlaku baik padanya, membuat Jessica tetap bertahan untuk melihat seberapa besar kesungguhan cinta pria yg dinikahinya itu.

Hari pertama pernikahan mereka. Jessica bangun siang. Dia tidak sempat menyiapkan sarapan untuk John ketika John hendak berangkat kerja. Namun John tetap tersenyum dan mengatakan, “Tidak apa-apa. Nanti aku bisa sarapan di kantor.”
Saat John pulang dari kantor, Jessica tidak sengaja memasak makanan yang tidak disukai John. Meski menyadari hal itu, Jessica tetap memaksakan agar suaminya mau makan makanan itu. John tetap tersenyum dan berkata, ” Wah…sepertinya sudah saatnya aku belajar menghadapi tantangan. Masakanmu sepertinya tantangan yang hebat, sayang. Aku sudah tidak sabar untuk menyantapnya.” Jessica terkejut, tapi tidak mengatakan apa-apa.
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam saat Jessica terlelap John memanjatkan doa, “Tuhan….Di pagi pertama pernikahan kami Jessica tidak membuatkanku sarapan. Padahal aku begitu ingin bercakap-cakap di meja makan bersamanya sambil membicarakan betapa indah hari ini, di hari pertama kami menjalani kehidupan baru sebagai suami istri.. Tapi tidak apa-apa, Tuhan.. Karena sepertinya Jessica kelelahan setelah resepsi pernikahan kami tadi malam. Bantulah kekasih hatiku ini, Tuhan, agar dia boleh punya tenaga yang cukup untuk menghadapi hari baru bersamaku besok. Tuhan, Engkau tau betapa aku tidak bisa makan spaghetti karena pencernaanku yang tidak begitu baik. Tapi sepertinya Jessica sudah bekerja keras untuk masak makanan itu. Mampukan aku untuk menghargai setiap apa yang dilakukan istriku kepadaku, Tuhan..Jangan biarkan aku menyakiti perasaannya meski itu tidak mengenakkan bagiku..”
Tahun kedua pernikahan mereka. John membangunkan Jessica pagi-pagi untuk berdoa bersama. Namun Jessica menolak dan lebih memilih melanjutkan tidurnya. John tersenyum dan akhirnya berdoa seorang diri.
Sore hari sepulang kantor, John mengajak Jessica berjalan-jalan ke taman. Meski terpaksa, Jessica akhirnya mau juga ke tempat dimana dulu perasaannya begitu berbunga-bunga saat bersama John. Tetapi Jessica menolak rangkulan John, dan berkata, “Jangan, John..Aku malu..”..John tersenyum dan berkata, “Ya, aku mengerti..” Jessica melihat kekecewaan dimata John, namun tidak melakukan apapun untuk menghilangkan kekecewaan itu.
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..” Tuhan..Ampuni aku yang tidak bisa membawa istriku untuk lebih dekat padaMU pagi hari ini..Mungkin tidurnya kurang karena pikirannya yang sedang berat..Tapi aku yakin, Tuhan besok Jessica mau bersama-sama denganku bercakap-cakap kepadaMu..Tuhan, Engkau juga tahu kesedihanku saat Jessica meolak kurangkul ketika ke taman hari ini. Tapi tidak apa-apa Dia sedang datang bulan, mungkin karena itu perasaannya juga jadi lebih sensitive, Mampukan aku untuk melihat suasana hati istriku, Tuhan.”
Tahun ketiga pernikahan mereka. Mereka kini mempunyai seorang putera bernama Mark. Jessica menjadi tidak pernah lagi meneruskan kebiasaannya membaca bersama John sebelum tidur. Jessica semakin sering menolak ciuman John..
Jessica memarahi John habis-habisan sore itu ketika John lupa mencuci tangan saat akan menggendong Mark ketika John pulang kerja..Jessica tahu betapa hal itu membuat John terpukul..Namun idealismenya terhadap mendidik Mark membuat Jessica mengabaikan perasaan John..Dan John tetap tersenyum..
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..“Tuhan, Engkau tahu betapa sedih hatiku saat ini..Semenjak kelahiran Mark, aku kehilangan begitu banyak waktu bersama Jessica..Aku merindukan saat-saat kami membaca bersama sebelum tidur dan menciuminya sebelum ia tertidur..Tapi tidak apa-apa..Dia begitu capek mengurusi Mark seharian saat aku bekerja di kantor..Hanya saja, biarkanlah dia tetap terus tertidur dalam pelukanku, Tuhan….Karena aku begitu mencintainya. Sore tadi Jessica memarahiku karena aku lupa mencuci tangan saat menggendong Mark, Tuhan..Aku begitu kangen pada anakku sehingga teledor melakukan sebagaimana yg diminta istriku..Engkau tahu betapa aku terluka akan kata-kata Jessica, Tuhan..Tapi tidak apa-apa..Jessica mungkin hanya kuatir terhadap kesehatan anak kami Mark apabila aku langsung menggendongnya. Kesehatan Mark lebih penting daripada harga  diriku.”
Tahun keempat pernikahan mereka.. Jessica tidak ingat memasak makanan kesukaan John di hari ulang tahunnya..Jessica terlalu sibuk belanja sehingga lupa bahwa John selalu minta dibuatkan Blackforest dengan taburan coklat dan ceri diatasnya setiap ulang tahunnya tiba..
Jessica juga lupa menyetrika kemeja John yang menyebabkan John terlambat ke kantor pagi itu karena John terpaksa menyetrika sendiri kemejanya..Jessica tau kesalahannya,  namun tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu hal yang penting.
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..“Tuhan, Untuk kali pertama Jessica lupa membuatkan Blackforest kesukaanku di hari ulang tahunku ini..Padahal aku sangat menyukai kue buatannya itu. Menikmati kue Blackforest buatannya membuatku bersyukur mempunyai istri yang pandai memasak sepertinya, dan merasakan cintanya padaku.. Namun tahun ini aku tidak mendapatinya.  Tapi tidak apa-apa..mungkin lebih banyak hal-hal lain yang jauh lebih penting daripada sekedar Blackforest itu. Paling tidak, aku masih mendapatkan senyuman dan ciuman darinya hari ini. Ampuni aku, Tuhan apabila tadi pagi aku lupa tersenyum kepada Jessica..Aku terlalu sibuk menyetrika bajuku dan memikirkan pekerjaanku di kantor..Jessica sepertinya lupa untuk melakukan hal itu, meski aku sudah meminta tolong padanya tadi malam. Jangan biarkan aku melampiaskan emosiku karena dampratan atasanku akibat keterlambatanku hari ini kepada Jessica,  Tuhan.. Jessica mungkin keliru menyetrika kemeja mana yang seharusnya kupakai hari ini.. Lagipula, sepatuku begitu mengkilap..Aku yakin Jessica sudah berusaha keras agar aku kelihatan menarik saat presentasiku tadi..Terima kasih untuk kebaikan istriku, Tuhan.”
Tahun kelima pernikahan mereka. Jessica menampar dan menyalahkan John karena Mark sakit sepulang mereka berenang. John terlalu asyik bermain-main dengan Mark sehingga tidak menyadari betapa Mark sangat sensitive terhadap dinginnya air kolam renang, yang mengakibatkan Mark terpaksa dirawat dirumah sakit.
Jessica mengancam akan meninggalkan John apabila terjadi apa-apa dengan Mark. Jessica melihat genangan air mata di mata John, namun kekerasan hatinya lebih menguasainya ketimbang perasaan John.
Tetapi Malaikat tahu betapa saat itu John lantas menuju ke Kapel rumah sakit dan memanjatkan doanya sambil menangis..” Tuhan..Tadi Jessica menamparku karena kelalaianku menjaga Mark sehingga dia sakit.. Belum pernah Jessica bersikap dan berkata sekasar itu padaku, Tuhan..Tapi tidak apa-apa..Jessica benar-benar kuatir terhadap anak kami sehingga ia bersikap demikian..Tapi Tuhan, aku begitu terluka saat ia mengatakan akan meninggalkanku. Engkau tahu betapa ia adalah belahan jiwaku. Jangan biarkan hal itu terjadi, Tuhan..Mungkin dia begitu dikuasai kekuatiran sehingga melampiaskannya padaku..Tidak apa-apa, Tuhan..Tidak apa-apa. Asal dia mendapat ketenangan, aku akan merasa bersyukur sekali.. Dan sembuhkanlah putera kami, Mark agar dia boleh kembali dapat ceria dan bermain-main bersama kami lagi, Tuhan..”
Tahun keenam pernikahan mereka.. Jessica semakin menjaga jarak dengan John setelah kehadiran Rebecca, puteri mereka..Jessica tidak pernah lagi menemani John makan malam karena menjaga puteri mereka yang baru berusia 5 bulan..
Jessica juga menjual kalung berlian pemberian John dan menggantinya dengan perhiasan lain yang lebih baru. Ketika John mengetahui hal itu, Jessica tau John menahan amarahnya, namun Jessica berdalih, “John, itu hanya kalung berlian biasa. Lagipula, aku bukan menjualnya, melainkan menukarnya dengan perhiasan yang lebih baru..”
Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..“Tuhan, Aku begitu kesepian melewatkan makan malam sendirian tanpa Jessica bersamaku.. Aku begitu ingin terus bercerita dan tertawa bersamanya di meja makan..Engkau tau, itulah penghiburanku untuk melepas kepenatanku setelah seharian bekerja di kantor..Tapi tidak apa-apa..Rebecca tentu lebih membutuhkan perhatiannya daripadaku.. Lagipula, Mark kadang-kadang mau menemaniku.. Hanya saja, jangan biarkan aku memendam sakit hati kepada Jessica karena menjual kalung pemberianku. Engkau tau begitu lama aku menabung dan bekerja ekstra demi menghadiahinya kalung itu, hanya untuk membuktikan terima kasihku padanya atas kesetiaan dan pengabdiannya sebagai istriku dan ibu dari anak-anakku. Ampuni aku apabila tadi aku sempat berpikir untuk marah padanya..”
Tahun ketujuh pernikahan mereka.. Jessica sama sekali tidak mengindahkan kebiasaannya membelai kepala John dan mencium kening suaminya sebelum John berangkat kantor. Padahal Jessica tau, selama ini apabila dia lupa melakukannya, John selalu kembali kerumah siang hari demi mendapatkan belaian dan ciuman Jessica untuknya. Karena John tidak akan pernah tenang bekerja apabila hal itu belum dilakukan Jessica padanya..Jessica tidak mengucapkan I LOVE YOU untuk kali pertama dalam 7 tahun pernikahan mereka..
Dan di tahun ketujuh itu pula, John mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke kantor.. Ia mengalami pendarahan yang hebat, yang membuatnya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit..
Jessica begitu terguncang dan terpukul.. Ia begitu takut kehilangan John, suami yang dicintainya. Yang selalu ada kapan saja dia butuhkan. Yang selalu dengan tersenyum menampung semua emosi dan kemarahannya.  Yang tak pernah berhenti mengatakan betapa John mencintainya. Tak sedikitpun Jessica beranjak dari sisi tempat tidur John. Tangannya menggenggam erat jemari suaminya yang terbaring lemah tak sadarkan diri. Bibirnya terus mengucapkan I LOVE YOU, karena ia ingat kalau ia belum mengatakan kalimat itu hari ini.
Karena begitu sedih dan lelah menunggui John, Jessica tertidur. Dalam tidurnya, malaikat yang selama ini mendengar doa-doa John pada Tuhan membawa Jessica melihat setiap malam yg John lewatkan untuk mendoakan Jessica. Ia menangis sedih melihat ketulusan dan rasa cinta yg besar dari John padanya. Tak sedikitpun John menyalahkannya atas semua sikapnya yang tidak mempedulikan perasaan dan harga diri John selama ini. Alih-alih demikian, John malahan menyalahkan dirinya sendiri. Jessica menangis menahan perasaannya. Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Jessica berdoa, “Tuhan, ampuni aku yang selama ini menyia-nyiakan rasa cinta suamiku terhadapku.  Ampuni aku yang tidak memahami perasaan dan harga dirinya selama ini. Beri aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku pada suamiku, Tuhan… Beri aku kesempatan untuk meminta maaf dan melayaninya sebagai suami yang kucintai..”
Dan ketika Jessica terbangun, Ia melihat pancaran kasih suaminya menatapnya..” Kamu keliatan begitu lelah, sayang.. Maafkan aku yang tidak berhati-hati menyetir sehingga keadaannya mesti jadi begini dan membuatmu kuatir. Aku tidak konsentrasi saat menyetir karena memikirkan bahwa kau lupa mengatakan I LOVE YOU padaku..” Belum selesai John berbicara, Jessica lantas menangis keras dan menghambur ke pelukan suaminya..
“Maafkan aku, John..Maafkan aku..I LOVE YOU..I really Love you..Kaulah matahariku, John..Aku tidak bisa bertahan tanpamu..Aku berjanji tidak akan pernah lupa lagi mengatakan betapa aku mencintaimu. Aku berjanji tidak akan pernah mengabaikan perasaan dan harga dirimu lagi. I LOVE YOU, John..I LOVE YOU.”

Coba renungkan!
Berapa banyak diantara kita yg menjadi seperti Jessica? Yang mengabaikan perasaan kekasih hati kita demi kepentingan dan harga diri kita sendiri? Jangan sampai terjadi sesuatu yang berat untuk kita lalui demi menyadari betapa berharganya orang-orang yang mengasihi  kita..
Lebih dari itu, cinta yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa seperti John, yang mengabaikan kepentingan dirinya dan perasaannya demi menjaga dan menunjukkan cintanya kepada pasangannya. Yang menjadikan pasangan hidup kita sebagai subjek untuk dikasihi dan dilayani, bukan sebaliknya..