Sunday, June 5, 2011

Biskuit Amin

Sebelumnya saya belum pernah mendengar tentang "biskuit amin", sampai cucu saya Amanda ke rumah bersama orang tuanya. Amanda masih kecil, usianya belum mencapai tiga tahun, tapi orang tuanya selalu mengajarinya berdoa untuk segala sesuatu yang ia terima.
Suatu sore, Amanda duduk di kursi menghadap meja makan. Sambil menunggu makanan selanjutnya, mamanya memberikan tiga biskuit kepadanya. Saya melihat Amanda kecil menundukkan kepala dan menyentuh biskuit pertama dengan jari telunjuknya, sambil berkata, "Biskuit amin." Ia mengambil lagi biskuit kedua dan berkata, "Biskuit amin," begitu juga dengan biskuit terakhir, ia mengambilnya sambil berkata, "Biskuit amin."
Amanda tahu bahwa ia harus menaikkan doa syukur setiap kali menerima sesuatu. Memang, karena faktor usia ia hanya bisa mengatakan "amin" untuk menggambarkan doa. Tetapi kebiasaannya itu telah memberikan pelajaran penting bagi saya. Sejak kejadian itu, saya mulai memikirkan mengenai kata "amin" yang selalu diucapkannya. Amin adalah kata Ibrani yang berarti pasti atau sungguh benar. Amin juga merupakan suatu pernyataan iman bahwa Tuhan itu kekal, bahwa hal ini sungguh benar. Di dalam Perjanjian Lama, kita melihat bagaimana umat Israel menggunakan kata 'amin"ini. "Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Maka seluruh umat mengatakan: "Amin! Pujilah TUHAN!" (1 Taw 16:36).
"Amin" biasanya diucapkan untuk mengakhiri sebuah doa, bisa juga berarti "sudah selesai". Alkitab juga diakhiri dengan kata "Amin" yang menunjukkan bahwa semua firman yang dituliskan adalah benar dan sungguh demikian adanya. Hari itu saya belajar beberapa hal dari cucu saya Amanda, dan biskuit aminnya:
Saya belajar bahwa doa harus menjadi gaya hidup dan hal yang utama. Saya belajar mengucap syukur untuk apa pun yang ada di atas piring saya. Saya belajar untuk beriman dan mempercayai Tuhan meskipun yang ada di di hadapan saya saat itu hanya tiga buah biskuit. Saya belajar untuk menikmati dengan sukacita "biskuit" yang sudah Tuhan berikan. Saya belajar untuk bersabar menunggu Tuhan memberikan berkat berikutnya yang sedang Ia persiapkan bagi saya. Saya belajar bersyukur kepada Tuhan untuk hal-hal kecil, dan tidak protes meskipun saya hanya mempunyai "tiga biskuit".
Sudahkah Anda bersyukur kepada Tuhan untuk apa yang Dia berikan dalam hidup Anda? Untuk kesehatan, pekerjaan, tempat tinggal, pakaian, makanan, kendaraan, pasangan dan segala sesuatunya? 1 Tesalonika 5:18, "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Yesus Kristus bagi kamu."
Doa
Bapa, terima kasih atas segala berkat yang Engkau limpahkan dalam hidupku. Aku menikmatinya dengan bersyukur padaMu. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
(Manna Sorgawi Edisi Juli 2010)

No comments:

Post a Comment