Kerendahan hati seorang pelayan yang tanpa mengabaikan
struktural
(yoh 13:1-20)
1.pendahuluan
Peristiwa Yesus membasuh kaki murid-muridNya
sering kita pahami sebagai kerendahan hati Kristus. Dan itu memang benar,
tetapi jarang sekali kita sadari ada sesuatu dalam diri Yesus yang mendorongNya
untuk rendah hati, mencuci kaki muridNya. Kita akan mengupas firman Tuhan untuk
mengetahui lebih dalam, rahasia mengapa Yesus bisa menjadi pemimpin sekaligus
pelayan yang rendah hati.
Makna kerendahan hati
Rendah
hati artinya tidak mengganggap diri lebih hebat atau lebih sempurna daripada
orang lain. atau artinya sekalipun memiliki talenta dan karunia yang lebih,
tetapi tidak mempertahankannya sebagai yang unggul daripada orang lain. orang
yang rendah hati tidak akan memandang remeh orang lain, melainkan memandang orang lain lebih penting daripada
dirinya sendiri. Rendah hati adalah sikap yang tidak menganggap dirinya hebat,
sekalipun kenyataannya memang hebat.
Dalam Filipi 2:6-8
menceritakan bahwa Yesus walaupun adalah Allah, tetapi tidak mempertahankan
diriNya sebagai Allah melainkan mengosongkan diriNya, mengambila rupa seorang
hamba, dan menjadi sama seperti manusia, bahkan merendahkan diriNya mati di
kayu salib.
Rahasia memiliki jiwa yang
rendah hati (13:1-5):kasih
Peristiwa pembasuhan kaki
murid Yesus terjadi pada hari kamis sore sebelum paskah. Alkitab dengan jelas
mencatat bahwa Yesus telah mengetahui apa yang akan terjadi pada diriNya
setelah perjamuan makan bersama murid-muridNya, paskah. bagi muridNya ini
merupakan perjamuan biasa, bagi yesus, ini perjamuan terakhir. Karena itu,
Kristus untuk menyatakan betapa Dia sangat mencintai murid-muridNya, maka Dia
melayani murid-muridNya dengan membasuh kaki mereka, memberi suatu teladan.
Di dunia ini ada seberapa orang yang memilki jiwa
seperti Kristus! Melayani sampai akhir hidup.
dunia ini memang banyak orang yang melayani Tuhan, tetapi ketika orang
mulai tua maka dalam hati mungkin berkata: sudah sekian tahun saya melayani,
sekarang saya sudah tua, maka cukuplah sudah, biarlah orang lain yang melayani
saya. Mari kita renungkan, sekalipun Tuhan Yesus mengetahui Dia akan
disalibkan, tetapi itu tidak menjadi pokok pemikirianNya. Yang menjadi pokok
pemikiranNya: bagaimana menyatakan kasih kepada murid-muridNya dan menjadi
teladan bagi pelayanan murid-muridNya. Dalam saat-saat terakhir Yesus tetap
mementingkan pelayanan dan masa depan pelayanan murid-muridNya. Yesus memberi
banyak pesan dan pengajaran terakhir, itu bisa kita pelajari dari bagian kitab
ini selanjutnya.
Jadi rahasia seorang pelayan yang rendah hati
adalah kasih. Tanpa kasih
tidak akan ada kerendahan hati. Kasih yang mendorong Tuhan Yesus membasuh kaki
murid-muridNya. Kasih itu yang menjadikan Yesus rendah hati.
Tindakan Yesus membasuh kaki muridNya (murid
duduk, yesus jongkok), selain karena kasih, Ia juga sedang menyatakan kepada
murid-muridNya tentang makna mengikuti Dia, yaitu melayani bukan dilayani (Mat
20:28) <dengan kerendahan hati>. Rendah hati berarti tidak merebut
kedudukan dan mencari perhatian. Bahkan orang yang rendah hati rela melepaskan jabatan
dan haknya. Maksudnya dia sendiri yang melepaskannya, bukan dirampas orang atau
diatur orang. (inilah yang disebut kerendahan hati tanpa mengabaikan
struktural..., bahas di bawah). Apa pun yang kita lakukan, hanyalah bagi Tuhan.
Jangan ada diantara kita yang pernah berpikir pelayanan tidak diperhatikan oleh
pdt, terus merasa kecewa dan berhenti pelayanan. Kalau demikian, maka motivasi
pelayanan kita tidak benar dan tidak akan diberkati Tuhan.
Reflexi: pandang teman di samping, apakah anda mengasihinya? Ketika anda
mengasihi seseorang, secara spontan akan melakukan segala usaha demi kebaikkan
dia. Misal. Ortu. Adakalanya saya berpikir adakah saya mengasihi si indara,
rupanya memang saya mengasihinya, he.. dengan mengasihi, kita mampu bersikap
rendah hati, memandang orang lain sebagai oknum yang layak dikasihi, dihormati
dan dihargai.
Sikap petrus (6-10): sikap
yang memperhatikan struktural
Saya yakin saat
murid-murid melihat tindakan Yesus membasuh kaki mereka,
tidak ada satupun diantara mereka yang berani berkata apa-apa, karena
segan dan kaget. Tetapi sampai kepada petrus, secara spontan dia bertanya:
Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku? Apa maksud pertanyaan petrus:
a) dia mengerti posisinya sebagai apa,
malu dan segan; Walaupun di luar sana
dia mengajar dan memberitakan Injil, tetapi di hadapan Yesus (pemimpin), dia
tidak meninggikan diri atas apa yang dia lakukan di luar sana. (mujizat,
menyembuhkan orang sakit dll).
b) kasih
hati minta januing (ay. 9)
Awalnya Petrus merasa malu dan segan atas
tindakan Yesus, tetapi kemudian rasa segannya lenyap, dia minta supaya Tuhan
membasuh tangan dan kepalanya. Mari kita renungkan betapa seringnya kita,
ketika bertemu dengan seseorang, awalnya segan tetapi kemudian sesudah akrab
maka sopan santun dan rasa segan itu lenyap. Dalam konteks di gereja, ingat
betapapun baiknya hamba Tuhan, jangan kita kehilangan adat, bertindak tanpa
mempertimbangkan sikap dan nilai kerohanian. Kita harus berprinsip bahwa kita adalah
anak-anak Tuhan yang harus dewasa, baik dalam pikiran, perkataan maupun
perbuatan. Dengan demikian maka usaha kita dalam persekutuan, mendengar Firman
Tuhan tidak menjadi sia-sia, kita akan bertumbuh menjadi gereja/orang yang
dipakai Tuhan secara luar biasa.
Hak
dan kewajiban perlu dipertimbangkan. Jangan kita mendahulukan hak orang lain
dan melalaikan kewajiban yang seharus dilakukan. (kembali kepada prinsip apa
dan siapa saya, jemaat, pengurus, majelis, hamba Tuhan=hak dan kewajiban
berbeda). Maka setiap kita harus melakukan kewajiban dan menuntut hak sesuai
dengan posisi kita, Inilah struktur.
Sekalipun Yesus adalah seorang pemimpin
sekaligus pelayan yang rendah hati, tetapi Petrus memperhatikan struktural,
masa guru membasuh kakinya? Ingat dalam hal ini Yesus yang berinisiatip bukan
tuntutan Petrus. Betapa sering di gereja, baik majelis, pengurus maupun jemaat
terlalu sombong akhirnya mereka yang mengatur dan menuntut hamba Tuhan harus
begini/begitu. Ingat rendah hati bukan berarti melalaikan struktural.
Kerendahan hati menyangkut
struktural: pemimpin dan dipimpin; tua dan muda.
Memang Tuhan ingin kita
semua menjadi pemimpin. Pemimpin yang memimpin dalam ruang lingkup yang
selayaknya. Pemimpin seluruh majelis, pengurus bahkan jemaat adalah pdt dan gr.
Injil. Lalu majelis dan pengurus jg ada ruang dan batas kepemimpinan mereka
tersendiri. Tidak ada yang layak berkata dalam hatinya saya lebih hebat
daripada pdt/ gr. Injil. Jemaat jg tidak layak berkata lebih hebat dari pada
majelis dan pengurusnya. Karena kita dipanggril Tuhan melayani bukan
berdasarkan kemampuan dan bakat, melainkan berdasarkan anugerah dan kehendak
Tuhan yang memberkati. jadi antara pemimpin yang satu dengan yang lain
hendaklah saling melayani dan menghormati. Itulah namanya struktural. Tunduk
antara pemimpin yang satu terhadap pemimpin yang lain secara struktural. Dan
dari situlah nampak kerendahan hati seorang pemimpin atau pelayan.
Banyak orang selalu menyalahgunakan kerendahan
hati dan kemurahan hati para hamba Tuhan. Mereka jadinya bertindak semau gue, tanpa ada rasa
segan dan hormat. Malah semakin meniggikan dirinya seolah-olah dialah yang
mengatur dan memimpin hamba Tuhan. Hati2! Sikap seperti itu terhadap hamba
Tuhan, kelak perlu bertangungjawab kepada Tuhan. Siapakah kita, shingga
meremehkan hamba Tuhan dan merasa jauh lebih hebat? Sekali lagi kutekankan,
Tuhan tidak pernah mengandalkan bakat dan talenta manusia untuk pekerjaanNya.
Contoh bangsa Isarael, sekalipun mereka kuat, tetapi kemenangan mereka dalam
berperang bukan karena mereka hebat, melainkan Tuhan yang mneyertai mereka.
Ketika mereka mulai sombong dan tidak taat kepada Tuhan, segera menghadapi
kegagalan.( salah satu, yosua ).
Oleh karena itu, hari ini kita yang melayani,
seharusnya melayani dengan tulus dan setia di dalam jalur masing2. apa yang
menjadi tanggupjawab kita di dalam komisi, itulah yang kita maksimalkan. Jangan
pelayanan sendiri tidak beres masih mau mempersoalkan pelayanan orang lain.
Persoalannya apakah pelayanan anda sudah maksimal?!
Sistem keluarga:hubungan
yang akrab juga butuh struktural
Saya sangat kagum dengan
hubungan yang sudah terbentuk diantara kita, Mu en: yaitu hubungan
kekeluargaan. Inilah yang Tuhan inginkan sebagaimana kita lihat hubungan yang
terbentuk di jemaat mula-mula. Tetapi satu yang sangat disayangkan, yaitu kita
kurang keteraturan dan kurang mengerti kalau ditengah keluarga juga ada
norma-norma yang harus di pertimbangkan (sopan santun dan tata krama yang muda terhadap yang lebih tua). Coba kita
bayangkan, jikalau selama ini hubungan kekeluargaan sudah terbentuk, bila
ditambah dengan keteraturan dan norma keluarga maka persekutuan diantara kita
akan semakin indah. Kita akan menjalin hubungan yang akrab tanpa mengabaikan
rasa saling hormat dan menghargai, serta norma tata krama. Dan sebenarnya
inilah yang Tuhan inginkan, kalau kita menjadi sekeluarga yang memiliki
keteraturan dalam kasih dan hubungan yang saling melayani. Dengan demikian kita
bukan hanya bisa menikmati indahnya hidup bergereja, bahkan keharmonisan kita
akan menjadi saksi yang hidup bagi dunia.
Pertanyaan Yesus yang membuka
mata kita mengenal apa dan siapa saya (ay.12-16)
Jika sekarang bertanya,
teladan Tuhan Yesus ditujukan kepada siapa? Baik jika dikatakan tertuju kepada
hamba Tuhan, itu memang benar. Tetapi pertanyaan apakah hanya hamba Tuhan yang perlu meneladani Tuhan
Yesus? Mari kita perhatikan F.T. apa yang dikatakan Yesus (ay.13-15)...; contoh
di sutomo: ada kalanya ct menjadi IRT, memasak lalu panggil hardi makan. Saya
yakin jika hardi mengingat firman Tuhan hari ini, maka dia tidak akan pernah
menjadi sombong dan kehilangan adat; malah sebaliknya ia akan semakin segan,
hormat dan mengasihi ct, selain itu ia akan mulai berpikir apa yang harus saya
perbuat, agar bisa menjadi seperti ct yang rendah hati dan murah hati.(ay15). Oleh
karena itu anda ingin memiliki kasih, rendahkanlah hatimu. Atau Anda ingin
rendah hati, milikilah kasih itu!
Di ayat 16 Yesus kembali menegaskan akan adanya
perbedaan struktural. (baca...).
Artinya kita harus mengenal mengingatkan diri, eh saya, di gereja kamu
hanyalah pengurus jangan melebihi ctnya, sok hebat dan mengatur.
Reflexi: Mengertikah kita
apa maksud firman Tuhan malam ini?
a) jikalau pendeta/ gr. Injil injil sudah
rendah hati maka sebagai majelis, pengurus dan jemaat harus lebih rendah hati.
Jgn pernah menuntut orang rendah hati kalau sendiri tidak rendah hati. Orang yg
rendah hati tidak akan berkata orang lain tidak rendah hati.
b) Jikalau majelis dan pengurus sudah rendah
hati maka jemaat harus lebih rendah hati.
c) Setiap kita adalah pemimpin, yaitu
pemimpin dalam ruang lingkup yang selayaknya.
d) Kerendahan hati dan hubungan yang akrab
diantara sesama tidak mengabaikan moral dan tata krama yang selayaknya,
sebaliknya lebih.
e) Tuhan ingin kita dengan tulus setia
melayani apa yang menjadi tangung jawab kita.
f) Tuhan tidak ingin kita mengandalkan
kemampuan diri dan menyombongkan diri. Pernah anda berdoa, Tuhan ijinkanlah
hambaMu melayaniMu? Atau
berkata Tuhan tanpaku, maka kegiatan gereja ini akan macet. Ingat sejarah
Israel...! Tuhan tidak pernah membutuhkanmu dalam pekerjaanNya, tetapi Tuhan
ingin memakai engkau sebagai alatNya.
g) Kasih Tuhan adalah sumber kerendahan hati
manusia.
Firman
Tuhan lanjut (ay. 17): jika kita sudah paham maksud Firman Tuhan, maka kita
akan menjadi orang yang berbahagia jika melakukannya. Kita hanya akan dapat melakukan firman Tuhan malam
ini apabila kita sungguh menyerahkan hati kita untuk di pimpin oleh Roh Kudus.
Jikalau kita dipimpin Roh kudus maka ciri-cirinya: Gal. 5:22-23...; Jadi malam ini jika anda ingin menjadi
seorang pelayan yang rendah hati, lepaskanlah ego dan kesombongan, dan terima
Roh kudus yang akan menghasilkan buah-buah roh dalam jiwamu.
Terakhir Yesus mengatakan barang siapa menerima
orang yang kuutus, ia menerima Aku, dan barang siapa menerima Aku, menerima Dia
yang mengutus Aku (ay.20). Karena itu janganlah kita meremehkan orang yang
diutus Tuhan, karena kita bukan meremehkan orangnya melainkan meremehkan Tuhan yang mengutusnya.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa
merenungkan apakah kita sudah menjadi pelayan yang rendah hati. Kita boleh
menyelidikinya diri kita lewat gal. 5:22-23. karena jikalau jiwa kita memiliki
buah-buah Roh itu, maka akan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, baik
sikap, perkataan dan perbuatan. Jikalau kita memiliki buah-buah roh, maka tidak
akan ada kesempatan bagi kita untuk menjadi sombong dan sumber konflik ditengah-tengah gereja kita, saling rendah
hati seorang terhadap yang lain, sopan satu terhadap yang lain. Maka akan tercipta gereja yang diberkati
dan dipakai Tuhan dengan luar biasa. (CGI HENRY / GMI WESLEY PEKANBARU)
No comments:
Post a Comment