Sunday, March 18, 2012

Kerendahan Hati Seorang Pelayan


Kerendahan hati seorang pelayan yang tanpa mengabaikan struktural
(yoh 13:1-20)


1.pendahuluan
             Peristiwa Yesus membasuh kaki murid-muridNya sering kita pahami sebagai kerendahan hati Kristus. Dan itu memang benar, tetapi jarang sekali kita sadari ada sesuatu dalam diri Yesus yang mendorongNya untuk rendah hati, mencuci kaki muridNya. Kita akan mengupas firman Tuhan untuk mengetahui lebih dalam, rahasia mengapa Yesus bisa menjadi pemimpin sekaligus pelayan yang rendah hati.
Makna kerendahan hati
            Rendah hati artinya tidak mengganggap diri lebih hebat atau lebih sempurna daripada orang lain. atau artinya sekalipun memiliki talenta dan karunia yang lebih, tetapi tidak mempertahankannya sebagai yang unggul daripada orang lain. orang yang rendah hati tidak akan memandang remeh orang lain, melainkan  memandang orang lain lebih penting daripada dirinya sendiri. Rendah hati adalah sikap yang tidak menganggap dirinya hebat, sekalipun kenyataannya memang hebat.
            Dalam Filipi 2:6-8 menceritakan bahwa Yesus walaupun adalah Allah, tetapi tidak mempertahankan diriNya sebagai Allah melainkan mengosongkan diriNya, mengambila rupa seorang hamba, dan menjadi sama seperti manusia, bahkan merendahkan diriNya mati di kayu salib.
Rahasia memiliki jiwa yang rendah hati (13:1-5):kasih
            Peristiwa pembasuhan kaki murid Yesus terjadi pada hari kamis sore sebelum paskah. Alkitab dengan jelas mencatat bahwa Yesus telah mengetahui apa yang akan terjadi pada diriNya setelah perjamuan makan bersama murid-muridNya, paskah. bagi muridNya ini merupakan perjamuan biasa, bagi yesus, ini perjamuan terakhir. Karena itu, Kristus untuk menyatakan betapa Dia sangat mencintai murid-muridNya, maka Dia melayani murid-muridNya dengan membasuh kaki mereka, memberi suatu teladan.
Di dunia ini ada seberapa orang yang memilki jiwa seperti Kristus! Melayani sampai akhir hidup.  dunia ini memang banyak orang yang melayani Tuhan, tetapi ketika orang mulai tua maka dalam hati mungkin berkata: sudah sekian tahun saya melayani, sekarang saya sudah tua, maka cukuplah sudah, biarlah orang lain yang melayani saya. Mari kita renungkan, sekalipun Tuhan Yesus mengetahui Dia akan disalibkan, tetapi itu tidak menjadi pokok pemikirianNya. Yang menjadi pokok pemikiranNya: bagaimana menyatakan kasih kepada murid-muridNya dan menjadi teladan bagi pelayanan murid-muridNya. Dalam saat-saat terakhir Yesus tetap mementingkan pelayanan dan masa depan pelayanan murid-muridNya. Yesus memberi banyak pesan dan pengajaran terakhir, itu bisa kita pelajari dari bagian kitab ini selanjutnya.
Jadi rahasia seorang pelayan yang rendah hati adalah kasih. Tanpa kasih tidak akan ada kerendahan hati. Kasih yang mendorong Tuhan Yesus membasuh kaki murid-muridNya. Kasih itu yang menjadikan Yesus rendah hati.
Tindakan Yesus membasuh kaki muridNya (murid duduk, yesus jongkok), selain karena kasih, Ia juga sedang menyatakan kepada murid-muridNya tentang makna mengikuti Dia, yaitu melayani bukan dilayani (Mat 20:28) <dengan kerendahan hati>. Rendah hati berarti tidak merebut kedudukan dan mencari perhatian. Bahkan orang yang rendah hati rela melepaskan jabatan dan haknya. Maksudnya dia sendiri yang melepaskannya, bukan dirampas orang atau diatur orang. (inilah yang disebut kerendahan hati tanpa mengabaikan struktural..., bahas di bawah). Apa pun yang kita lakukan, hanyalah bagi Tuhan. Jangan ada diantara kita yang pernah berpikir pelayanan tidak diperhatikan oleh pdt, terus merasa kecewa dan berhenti pelayanan. Kalau demikian, maka motivasi pelayanan kita tidak benar dan tidak akan diberkati Tuhan.
Reflexi: pandang teman di samping, apakah anda mengasihinya? Ketika anda mengasihi seseorang, secara spontan akan melakukan segala usaha demi kebaikkan dia. Misal. Ortu. Adakalanya saya berpikir adakah saya mengasihi si indara, rupanya memang saya mengasihinya, he.. dengan mengasihi, kita mampu bersikap rendah hati, memandang orang lain sebagai oknum yang layak dikasihi, dihormati dan dihargai.
           




Sikap petrus (6-10): sikap yang memperhatikan struktural
            Saya yakin saat murid-murid melihat tindakan Yesus membasuh kaki mereka,  tidak ada satupun diantara mereka yang berani berkata apa-apa, karena segan dan kaget. Tetapi sampai kepada petrus, secara spontan dia bertanya: Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku? Apa maksud pertanyaan petrus:
a) dia mengerti posisinya sebagai apa, malu dan segan; Walaupun di luar sana dia mengajar dan memberitakan Injil, tetapi di hadapan Yesus (pemimpin), dia tidak meninggikan diri atas apa yang dia lakukan di luar sana. (mujizat, menyembuhkan orang sakit dll).
b) kasih hati minta januing (ay. 9)
Awalnya Petrus merasa malu dan segan atas tindakan Yesus, tetapi kemudian rasa segannya lenyap, dia minta supaya Tuhan membasuh tangan dan kepalanya. Mari kita renungkan betapa seringnya kita, ketika bertemu dengan seseorang, awalnya segan tetapi kemudian sesudah akrab maka sopan santun dan rasa segan itu lenyap. Dalam konteks di gereja, ingat betapapun baiknya hamba Tuhan, jangan kita kehilangan adat, bertindak tanpa mempertimbangkan sikap dan nilai kerohanian. Kita harus berprinsip bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang harus dewasa, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan. Dengan demikian maka usaha kita dalam persekutuan, mendengar Firman Tuhan tidak menjadi sia-sia, kita akan bertumbuh menjadi gereja/orang yang dipakai Tuhan secara luar biasa.
                                                                                                                                               
Hak dan kewajiban perlu dipertimbangkan. Jangan kita mendahulukan hak orang lain dan melalaikan kewajiban yang seharus dilakukan. (kembali kepada prinsip apa dan siapa saya, jemaat, pengurus, majelis, hamba Tuhan=hak dan kewajiban berbeda). Maka setiap kita harus melakukan kewajiban dan menuntut hak sesuai dengan posisi kita, Inilah struktur.

Sekalipun Yesus adalah seorang pemimpin sekaligus pelayan yang rendah hati, tetapi Petrus memperhatikan struktural, masa guru membasuh kakinya? Ingat dalam hal ini Yesus yang berinisiatip bukan tuntutan Petrus. Betapa sering di gereja, baik majelis, pengurus maupun jemaat terlalu sombong akhirnya mereka yang mengatur dan menuntut hamba Tuhan harus begini/begitu. Ingat rendah hati bukan berarti melalaikan struktural.
Kerendahan hati menyangkut struktural: pemimpin dan dipimpin; tua dan muda.
            Memang Tuhan ingin kita semua menjadi pemimpin. Pemimpin yang memimpin dalam ruang lingkup yang selayaknya. Pemimpin seluruh majelis, pengurus bahkan jemaat adalah pdt dan gr. Injil. Lalu majelis dan pengurus jg ada ruang dan batas kepemimpinan mereka tersendiri. Tidak ada yang layak berkata dalam hatinya saya lebih hebat daripada pdt/ gr. Injil. Jemaat jg tidak layak berkata lebih hebat dari pada majelis dan pengurusnya. Karena kita dipanggril Tuhan melayani bukan berdasarkan kemampuan dan bakat, melainkan berdasarkan anugerah dan kehendak Tuhan yang memberkati. jadi antara pemimpin yang satu dengan yang lain hendaklah saling melayani dan menghormati. Itulah namanya struktural. Tunduk antara pemimpin yang satu terhadap pemimpin yang lain secara struktural. Dan dari situlah nampak kerendahan hati seorang pemimpin atau pelayan.
Banyak orang selalu menyalahgunakan kerendahan hati dan kemurahan hati para hamba Tuhan. Mereka jadinya bertindak semau gue, tanpa ada rasa segan dan hormat. Malah semakin meniggikan dirinya seolah-olah dialah yang mengatur dan memimpin hamba Tuhan. Hati2! Sikap seperti itu terhadap hamba Tuhan, kelak perlu bertangungjawab kepada Tuhan. Siapakah kita, shingga meremehkan hamba Tuhan dan merasa jauh lebih hebat? Sekali lagi kutekankan, Tuhan tidak pernah mengandalkan bakat dan talenta manusia untuk pekerjaanNya. Contoh bangsa Isarael, sekalipun mereka kuat, tetapi kemenangan mereka dalam berperang bukan karena mereka hebat, melainkan Tuhan yang mneyertai mereka. Ketika mereka mulai sombong dan tidak taat kepada Tuhan, segera menghadapi kegagalan.( salah satu, yosua ). 
Oleh karena itu, hari ini kita yang melayani, seharusnya melayani dengan tulus dan setia di dalam jalur masing2. apa yang menjadi tanggupjawab kita di dalam komisi, itulah yang kita maksimalkan. Jangan pelayanan sendiri tidak beres masih mau mempersoalkan pelayanan orang lain. Persoalannya apakah pelayanan anda sudah maksimal?!


Sistem keluarga:hubungan yang akrab juga butuh struktural
            Saya sangat kagum dengan hubungan yang sudah terbentuk diantara kita, Mu en: yaitu hubungan kekeluargaan. Inilah yang Tuhan inginkan sebagaimana kita lihat hubungan yang terbentuk di jemaat mula-mula. Tetapi satu yang sangat disayangkan, yaitu kita kurang keteraturan dan kurang mengerti kalau ditengah keluarga juga ada norma-norma yang harus di pertimbangkan (sopan santun dan tata krama yang  muda terhadap yang lebih tua). Coba kita bayangkan, jikalau selama ini hubungan kekeluargaan sudah terbentuk, bila ditambah dengan keteraturan dan norma keluarga maka persekutuan diantara kita akan semakin indah. Kita akan menjalin hubungan yang akrab tanpa mengabaikan rasa saling hormat dan menghargai, serta norma tata krama. Dan sebenarnya inilah yang Tuhan inginkan, kalau kita menjadi sekeluarga yang memiliki keteraturan dalam kasih dan hubungan yang saling melayani. Dengan demikian kita bukan hanya bisa menikmati indahnya hidup bergereja, bahkan keharmonisan kita akan menjadi saksi yang hidup bagi dunia.
Pertanyaan Yesus yang membuka mata kita mengenal apa dan siapa saya (ay.12-16)
            Jika sekarang bertanya, teladan Tuhan Yesus ditujukan kepada siapa? Baik jika dikatakan tertuju kepada hamba Tuhan, itu memang benar. Tetapi pertanyaan apakah hanya hamba Tuhan yang perlu meneladani Tuhan Yesus? Mari kita perhatikan F.T. apa yang dikatakan Yesus (ay.13-15)...; contoh di sutomo: ada kalanya ct menjadi IRT, memasak lalu panggil hardi makan. Saya yakin jika hardi mengingat firman Tuhan hari ini, maka dia tidak akan pernah menjadi sombong dan kehilangan adat; malah sebaliknya ia akan semakin segan, hormat dan mengasihi ct, selain itu ia akan mulai berpikir apa yang harus saya perbuat, agar bisa menjadi seperti ct yang rendah hati dan murah hati.(ay15). Oleh karena itu anda ingin memiliki kasih, rendahkanlah hatimu. Atau Anda ingin rendah hati, milikilah kasih itu!
            Di ayat 16 Yesus kembali menegaskan akan adanya perbedaan struktural. (baca...).
Artinya kita harus mengenal mengingatkan diri, eh saya, di gereja kamu hanyalah pengurus jangan melebihi ctnya, sok hebat dan mengatur.
Reflexi: Mengertikah kita apa maksud firman Tuhan malam ini?
a)      jikalau pendeta/ gr. Injil injil sudah rendah hati maka sebagai majelis, pengurus dan jemaat harus lebih rendah hati. Jgn pernah menuntut orang rendah hati kalau sendiri tidak rendah hati. Orang yg rendah hati tidak akan berkata orang lain tidak rendah hati.
b)      Jikalau majelis dan pengurus sudah rendah hati maka jemaat harus lebih rendah hati.
c)      Setiap kita adalah pemimpin, yaitu pemimpin dalam ruang lingkup yang selayaknya.
d)     Kerendahan hati dan hubungan yang akrab diantara sesama tidak mengabaikan moral dan tata krama yang selayaknya, sebaliknya lebih.
e)      Tuhan ingin kita dengan tulus setia melayani apa yang menjadi tangung jawab kita.
f)       Tuhan tidak ingin kita mengandalkan kemampuan diri dan menyombongkan diri. Pernah anda berdoa, Tuhan ijinkanlah hambaMu melayaniMu? Atau berkata Tuhan tanpaku, maka kegiatan gereja ini akan macet. Ingat sejarah Israel...! Tuhan tidak pernah membutuhkanmu dalam pekerjaanNya, tetapi Tuhan ingin memakai engkau sebagai alatNya.
g)      Kasih Tuhan adalah sumber kerendahan hati manusia.
 Firman Tuhan lanjut (ay. 17): jika kita sudah paham maksud Firman Tuhan, maka kita akan menjadi orang yang berbahagia jika melakukannya. Kita hanya akan dapat melakukan firman Tuhan malam ini apabila kita sungguh menyerahkan hati kita untuk di pimpin oleh Roh Kudus. Jikalau kita dipimpin Roh kudus maka ciri-cirinya: Gal. 5:22-23...;  Jadi malam ini jika anda ingin menjadi seorang pelayan yang rendah hati, lepaskanlah ego dan kesombongan, dan terima Roh kudus yang akan menghasilkan buah-buah roh dalam jiwamu.
Terakhir Yesus mengatakan barang siapa menerima orang yang kuutus, ia menerima Aku, dan barang siapa menerima Aku, menerima Dia yang mengutus Aku (ay.20). Karena itu janganlah kita meremehkan orang yang diutus Tuhan, karena kita bukan meremehkan orangnya melainkan  meremehkan Tuhan yang mengutusnya.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa merenungkan apakah kita sudah menjadi pelayan yang rendah hati. Kita boleh menyelidikinya diri kita lewat gal. 5:22-23. karena jikalau jiwa kita memiliki buah-buah Roh itu, maka akan nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, baik sikap, perkataan dan perbuatan. Jikalau kita memiliki buah-buah roh, maka tidak akan ada kesempatan bagi kita untuk menjadi sombong dan sumber konflik  ditengah-tengah gereja kita, saling rendah hati seorang terhadap yang lain, sopan satu terhadap yang lain. Maka akan tercipta gereja yang diberkati dan dipakai Tuhan dengan luar biasa. (CGI HENRY / GMI WESLEY PEKANBARU)


No comments:

Post a Comment