Tuesday, May 28, 2013

Seni Mengajar Tiongkok Kuno

alt
Ajaran Konfusius. Potret oleh Wu Daozi, 685-758, Dinasti Tang. (Wikimedia Commons)

Pendidikan formal di Tiongkok kuno sebagian besar berdasarkan pada Konfusianisme. Ketika Konfucu memberikan ceramah di Xingtan (harfiah diterjemahkan sebagai Altar Apricot), ia mempunyai 3.000 murid.
Konfusianisme adalah dikatakan berdasarkan atas ceramah-ceramah Konfucu dan ini berfungsi sebagai asal dari pendekatan Konfucu dalam mengajar.

Dong Zhongshu (179 SM - 104 SM), seorang sarjana kekaisaran berpengaruh selama Dinasti Han, mempromosikan ajaran Konfucu secara luas melewati semua ideologi yang lain, sehingga ajaran Konfucu adalah ideologi dominan pada saat itu.

Selama Dinasti Sui (580-618) dan Tang (618-907), sistem ujian kekaisaran menekankan pada studi ajaran Konfucu, secara bertahap membawanya ke puncak, dan pengaruhnya terhadap pendidikan Tiongkok klasik berlangsung selama berabad-abad.

Sebagai inti dari metode pengajaran formalnya, ideologi Konfucu adalah sistem pemikiran-pemikiran mendalam yang mencakup aspek-aspek luas dari kehidupan sosial dan spiritual pada zaman kuno. Dalam “Pembelajaran Besar,” Konfucu menulis, “Orang-orang yang berkultivasi, keluarga mereka diatur. Keluarga mereka sedang diatur, negara mereka sudah pada tempatnya diatur, seluruh kerajaan dibuat tenang dan bahagia.”

Dididik dibawah filsafat seperti ini, orang-orang Tiongkok kuno menekankan pada kultivasi moralitas, memelihara keluhuran karakter dan menghormati langit dan bumi. Orang-orang menerima bahwa kehidupan ditakdirkan mengikuti jalurnya dan bahwa dengan mengkultivasi karakter moral, seseorang akhirnya akan mencapai kebahagiaan dan pikiran yang tenang serta pandangan ke depan yang sehat terhadap kehidupan duniawi, surgawi, dan nilai-nilai sosial.

Akar dari Ajaran Konfucu terdiri dari “kebajikan, kebenaran, ketekunan, kebijaksanaan, kesetiaan.” Banyak sifat-sifat baik, seperti kesetiaan, berbakti kepada orangtua, keberanian, kejujuran, keterbukaan, kebenaran, kerajinan, dll. adalah berasal darinya. Konfucu secara efektif mengatur semua lapisan masyarakat Tiongkok kuno, dan mendefinisikan standar dan nilai-nilai untuk menjadi orang baik.

Kebajikan dan kesopanan adalah nilai-nilai inti Konfusianisme. Dengan mempertahankan pemikiran kebajikan, orang-orang secara alami menjadi budiman. Tanpa kesopanan, tidak akan ada kesetiaan atau loyalitas. Tanpa kesetiaan, tidak ada yang dapat dibentuk.

Budaya tradisional Tiongkok berakar mendalam di dalam Ajaran Konfusius, Buddhisme, dan Taoisme. Konfusius fokus pada “memasuki dunia fana,” sedangkan Buddhisme dan Taoisme memfokuskan pada “melampaui duniawi fana.” Karena ia berinteraksi dengan masyarakat sehari-hari, ajaran Kunfucu memiliki dampak terbesar bagi masyarakat manusia, atau dunia fana.

Di Tiongkok kuno, pendekatan Konfucu dalam mengajar sangat efektif karena bukan hanya membentuk banyak individu sangat unggul, tapi juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas masyarakat dan mendorong kemajuan ekonomi dan budaya. Tanpa pendekatan ajaran Konfucu dalam pengajaran, sejaran Tiongkok tidak akan mempunyai Dinasti Tang yang luar biasa atau keelokan Dinasti Song atau Dinasti Ming dan Qing yang bersemangat. Artinya, kebudayaan tradisional Tiongkok tidak akan pernah ada jika bukan karena ajaran Konfucius.

Selama Dinasti Han (206 SM - 220) dan Dinasti Jin (265-420), sistem ujian kekaisaran masih belum terbentuk, namun ada sistem rekomendasi untuk mencalonkan orang-orang yang berpendidikan baik dari latar belakang yang baik untuk mengisi jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Orang-orang itu biasanya dari keluarga kaya dan berpengaruh. Namun, jika seseorang tidak berpendidikan, tidak peduli bagaimana status keluarganya, ia tidak akan bisa direkomendasikan.

Didirikan selama Dinasti Sui dan Tang, sistem ujian kekaisaran memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat umum untuk menduduki jabatan pemerintahan. Banyak orang berpendidikan dengan latar belakang sederhana memperoleh jabatan-jabatan peringkat tinggi di pemerintahan. Banyak kisah sukses orang-orang yang “memulai dari bawah” masih diceritakan sampai hari ini.

Meskipun orang-orang yang di atas merupakan minoritas, tapi mereka yang dididik di bawah ideologi yang sama itu memegang peranan penting dalam masyarakat. Secara keseluruhan, yang berpendidikan sangat dihormati dan merupakan pilar utama dalam masyarakat Tiongkok.

Beberapa dari mereka mulai membuka sekolah-sekolah; memberikan saran-saran strategis bagi para penguasa; mempraktekkan pengobatan; menjadi seniman. Di Tiongkok kuno, strata pendidikan masyarakat mempunyai dampak besar pada masyarakat melalui pemikiran dan perbuatan mereka. Nilai sistem mereka berperan penting dalam menjaga stabilitas.

Karakteristik unik lain dari metode pengajaran Tiongkok kuno adalah buku teks utama tidak berubah selama ribuan tahun. Tidak peduli bagaimana dinasti berubah, yang klasik tetaplah sama.

Dinasti dan masyarakat bisa berubah, tapi Tao tidak akan pernah berubah. Inilah sebabnya mengapa Konfusius berlangsung selama ribuan tahun. Tidak peduli seseorang lahir di dinasti mana, dia akan selalu menerima pendidikan yang sama yang dipandu oleh idealisme-idealisme ortodoks.

Teks-teks klasik adalah esensi dari kebudayaan tradisional Tiongkok. Orang-orang mulai mempelajarinya pada usia yang sangat muda. Banyak orang mampu membaca ayat-ayat dari “Pembelajaran Besar,” “Doktrin Tengah,” “Analek Konfucius” dan “Buku pujian.”

Namun, di China modern mayoritas sarjana dan siswa sekolah telah kehilangan hubungan mereka dengan buku-buku ini, yang mana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari warisan mereka.

Di Tiongkok kuno, tujuan pendidikan adalah mengetahui keberadaan Tao, menjadi manusia. Pondasi ini menyediakan bimbingan yang benar bagi sepanjang kehidupan seseorang, dan seseorang akan menyadari Tao pada tingkat yang lebih mendalam melalui praktek Tao dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, di dunia pendidikan sekarang ini hanyalah akumulasi dari ketrampilan-ketrampilan dan doktrin-doktrin teks.
alt
Di Tiongkok kuno, pendidikan dilakukan baik di sektor swasta dan pemerintah. Anak-anak dididik di rumah oleh pengajar privat (dikenal sebagai Sishu), sarjana-sarjana yang gagal dari ujian pemerintah pusat. Mendidik anak adalah sebuah jalur karir yang penting bagi para intelektual ini: ini menyediakan sarana penghidupan, memumuk bakat mereka, dan mempromosikan pendidikan di masyarakat.
Dalam masyarakat Tiongkok kuno, setiap orang menghormati para guru dan seorang guru sangat dianggap sebagai figur otoritas. Hirarki penghormatan dari: “Langit, Bumi, Kaisar, Orang Tua, Guru.”

Orang-orang menganggapnya sebagai motto bahwa "Sehari menjadi guru adalah seumur hidup menjadi seorang ayah.” Oleh karena itu para intelektual sangat berkeinginan untuk mengajar. Jika salah satu dari siswanya mampu mencapai peringkat tinggi di ujian pemerintah pusat dan menjadi pejabat tinggi, itu akan membawa kemuliaan besar bagi guru mereka, ia akan dihormati seumur hidupnya.

Sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah disebut Shuyuan. Beberapa dari mereka adalah milik privat tetapi semua memiliki latar belakang resmi; mereka sering kali didukung secara financial oleh pemerintah. Tujuan Shuyuan adalah lebih meningkatkan pengajaran dan mengatur sebuah pelatihan bakat tingkat tinggi. Hanya mereka yang didedikasikan untuk mengikuti ujian pemerintah yang cukup baik untuk masuk Shuyuan.

Shuyuan hanya ada di tingkat provinsi atau di ibukota provinsi besar. Shuyuan menyediakan pendidikan terbaik dan memiliki standar akademis tinggi.

Para direktur Shuyuan semuanya adalah tokoh terkemuka di kalangan akademisi dan sarjana yang sangat dihormati. Pemerintah bekerja sama dengan sektor swasta untuk mendirikan sekolah-sekolah ini, yang memungkinkan pendidikan berkualitas tersedia bagi masyarakat umum. Sistem pendidikan Tiongkok kuno itu sangat komprehensif dan disesuaikan untuk menyediakan negara dan masyarakat dengan orang-orang berbakat di berbagai bidang.

Dalam masyarakat Tiongkok klasik, pendidikan diklasifikasikan ke dalam pendidikan klasik, pendidikan dasar, dan setengah klasik dan pendidikan setengah dasar. Pendidikan dasar mengajarkan pengetahuan dasar bagi pemula. Para guru hanya membaca keras-keras buku teks tanpa menjelaskan artinya. Sebagaimana guru membaca, para siswa menghafal setiap kata dan ungkapan. Para cendekiawan, pemula muda, dengan demikian akan menghafal ratusan ribu karakter.

Metode mengajar ini mungkin terlihat kikuk tapi ternyata efektif untuk alasan-alasan berikut: Pertama-tama, berfungsi untuk mengasah temperamen para siswa dan memperbaiki sikap mereka dalam belajar. Kedua, melalui pelatihan intensif tersebut, kata-kata dengan makna mendalam akan terukir di dalam pikiran para siswa dan mereka dapat mengingat dan menggunakan kata-kata ini sebagai dasar bagi tingkah laku mereka selama hidupnya. Bagian dari pelajaran ini meletakkan dasar-dasar yang solid bagi pendidikan di masa depan mereka.

Ada alasan kenapa para guru tidak menjelaskan arti dari teks-teks itu. Kata-kata dari orang-orang suci mempunyai makna dan filosofi yang mendalam dan tidak dapat dijelaskan hanya dalam beberapa kata saja. Para siswa mungkin tidak bisa memahami dengan penjelasan yang paling menyeluruh pun. Mungkan akan diperlukan seumur hidup sang siswa untuk mencerna pengetahuan ini, memahaminya, dan mempraktekkannya sebelum dia bisa mencapai realisasi secara menyeluruh. Subjektif atau penjelasan tidak seharusnya dengan mudah bisa menyesatkan para siswa. Oleh karena itu buku-buku klasik Konfucu, sudah menjadi tradisi bahwa guru tidak menjelaskan kepada mereka pada tingkat pendidikan dasar.

Pendidikan klasik berarti para guru menjelaskan kata atau ungkapan sebagaimana ia mengkuliahi para siswanya. Ada diskusi terbuka antara guru dan siswa. Pada tingkat ini, siswa sudah memiliki sejumlah pengetahuan dan dasar-dasar akademis yang kokoh dan mampu bertukar pendapat dan berdiskusi dengan para guru. Para siswa bisa mengajukan pertanyaan dan para guru akan menjawabnya.
Pendidikan setengah dasar dan setengah klasik ada di suatu tempat di antara keduanya. Guru akan menjelaskan isi ceramahnya sampai batas tertentu, Tidak peduli jenis penelitian yang mana, jenis-jenis kuliah yang diberikan kepada para siswa sangat berhubungan dengan tingkat akademik guru.
Pendidikan Tiongkok kuno menaruh banyak perhatian pada apakah para siswa benar-benar tercerahkan dengan wawasan dan pengalaman. Hanya ketika siswa benar-benar bisa menguasai pengetahuan yang mereka anggap bermutu.

Beberapa orang mungkin berpikir bahwa pendidikan Tiongkok kuno tidak lebih dari menghafal mati dan karenanya membosankan. Itu tidak sepenuhnya betul. Pembelajaran yang sebenarnya adalah sebuah proses yang memiliki kesulitan. Itu adalah alami ketika seseorang bekerja keras, ia akan dihargai. Sistem pendidikan Tiongkok kuno adalah khususnya tentang bergerak maju secara bertahap. Penampilan akademik seorang siswa adalah berhubungan dengan pembinaan dirinya sendiri. Kemajuan seorang murid dalam bidang akademik adalah pencerminan dari kemajuan dirinya dalam pembinaan diri.
Pendidikan kuno tidaklah membosankan, melainkan bermanfaat dan menyenangkan. Selain mempelajari buku-buku klasik Konfucu, siswa menghabiskan banyak waktu dan tenaga dalam mempelajari puisi, menyanyi, kaligrafi, musik, catur, menulis, dan melukis.

Ada juga berbagai macam pelatihan khusus dalam pendidikan kuno seperti pencerahan ritme, mengupas kata-kata/ungkapan, menulis puisi, menulis artikel, memainkan instrumen musik, dan melukis. Pelatihan ini dilakukan setiap hari dan pendidikan dicampur dengan hiburan. Ini mendorong kecerdasan para siswa, melatih proses pemikiran mereka dan meningkatkan tingkat ketrampilan menulis mereka. Hal ini juga mendorong kreativitas para siswa, hasrat untuk menciptakan, dan melatih dan membina pikiran mereka dengan pemikiran-pemikiran mulia. 

No comments:

Post a Comment