Apa itu gereja?
(Kel. 6:7; Ul. 4:20; 1 Pet. 2:9)
Pendahuluan
Pertanyaan
mengenai apa itu gereja, umumnya yang timbul dalam pikiran kita adalah
gedungnya maupun denominasi. Ketika kita menganggap bahwa gereja itu adalah
gedungnya, maka kenyataannya kita memandang gereja sebagai sebuah bangunan.
Ketika kita berpikir gereja itu adalah denominasi tertentu, maka sesungguhnya
kita menganggap gereja hanyalah sebuah organsasi. Kita tidak bisa memungkiri
bahwa disekeliling kita ada begitu banyak bangunan gereja, bahkan terdiri dari
berbagai denominsai: Gereja Methodist,
Gereja Anglikan, Gereja Presbyterian, Gereja Lutheran, Gereja
Pentakosta, Gereja Independent, Gereja Liberal, dll. Namun apakah itu semua
yang dimaksud dengan gereja? Jiakalu gereja itu bukanlah gedung ataupun
denominasi, lalu apa yang dimaksud dengan gereja?
Apa itu gereja?
Dalam
bahasa Yunani, gedung atau tempat perhimpunan keagamaan disebut Sinagoge. Sedangkan gereja disebut
dengan ekklesia. Kata ini berasal
dari dua suku kata, yaitu ek (keluar) dan kaleo (memanggil), makna dari
ekklesia adalah memanggil keluar. Ini berarti bahwa gereja adalah perorangan
maupun sekelompok orang yang dipanggil keluar. Menurut Rasul Petrus, kita
dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, kita yang dahulu
bukan umat Tuhan, sekarang terpanggil menjadi umat Tuhan. (1 Pet. 2:9-10).
Umumnya
pengertian gereja dalam Perjanjian Baru selalu mengaju kepada ekklesia, yaitu
menunjuk kepada orangnya. Sesuai dengan lokasi dan luasnya, ekklesia boleh
dibagi menjadi dua, yaitu ekklesia local
dan ekklesia universal. Ekklesia
jenis pertama bisa seperti persekutuan yang diadakan di rumah-rumah (1 kor.
16:19; Rom. 16:5; Kol. 4:15), gereja sekabupaten, sepropinsi, bahkan gereja
dalam suatu Negara. Sedangkan yang dimaksud
dengan ekklesia universal itu mencakup semua
orang di dunia yang sudah diselamatkan oleh Kristus atau yang telah menjadi satu anggota di dalam tubuh
Kristus (Ef. 1:22-23).
Siapa Gereja?
Pertama-tama,
identitas gereja adalah sebagai umat Tuhan. Kita adalah milik-Nya
Tuhan. Bagaimana kita menjadi milik atau umatnya Tuhan? Israel menjadi umat
Tuhan berawal dari janji Tuhan kepada Abraham (Kej. 12:1-3) atas dasar janji
inilah, kemudian Tuhan mengutus Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel keluar
dari perbudakan Mesir (Kel. 3:7-8). Dari sini kita bisa melihat bahwa, Tuhan
memilih bangsa Israel menjadi umat-Nya bukan karena Israel lebih unggul
daripada suku bangsa lainnya ditengah-tengah dunia ini, melainkan semata-mata
karena Allah setia pada janji-Nya, yaitu janji-Nya kepada Abraham.
Untuk
menjadi umat Tuhan, bangsa israel harus memenuhi persyaratan. Sebelum mereka
masuk ke tanah perjanjian, Tuhan kembali membuat satu perjanjian di Gunung
Horeb (Ul. 5:1-3), yang isinya adalah 10 Hukum Taurat:
(1) Jangan ada padamu, Allah lain dihadapan-Ku.
(2) Jangan membuat patung dan menyembahnya atau melayaninya.
(3)jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.
(4) Ingat dan kuduslah hari sabat.
(5) Hormatilah Ayah dan Ibu.
(6) Jangan membunuh.
(7) Jangan Berzinah.
(8) Jangan mencuri.
(9) Jangan bersaksi dusta.
(10) Jangan tamak. (Ul. 5:6-21)
Kesepuluh Hukum Tuhan ini dapat disimpulkan menjadi dua hukum yang mendasar: mengasihi Tuhan (1-4) dan mengasihi manusia (5-10).
Menaati sepuluh hukum inilah yang menjadi persyaratan bangsa Israel menjadi umat Tuhan.
(1) Jangan ada padamu, Allah lain dihadapan-Ku.
(2) Jangan membuat patung dan menyembahnya atau melayaninya.
(3)jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.
(4) Ingat dan kuduslah hari sabat.
(5) Hormatilah Ayah dan Ibu.
(6) Jangan membunuh.
(7) Jangan Berzinah.
(8) Jangan mencuri.
(9) Jangan bersaksi dusta.
(10) Jangan tamak. (Ul. 5:6-21)
Kesepuluh Hukum Tuhan ini dapat disimpulkan menjadi dua hukum yang mendasar: mengasihi Tuhan (1-4) dan mengasihi manusia (5-10).
Menaati sepuluh hukum inilah yang menjadi persyaratan bangsa Israel menjadi umat Tuhan.
Rasul
Petrus dan Rasul Paulus telah menempatkan posisi orang yang percaya kepada
Yesus sebagai umat Allah (1 Pet. 2:9; 2 Kor. 6:16). Bagi Paulus,bangsa Israel
telah gagal menjalankan hidup sebagai umat Tuhan, karena itu Israel yang
hurufiah bukan lagi Israel dalam arti sebagai umat Tuhan. Pembenaran oleh iman
kepada penebusan Yesus Kristus itulah yang menjadi dasar seluruh umat manusia
menjadi Israel secara rohani (baca Rom. 2:. 17 sampai pasal 3) Di dalam iman
kepada Yesuslah, kita menjadi keturunan Abraham (baca Gal. 2: 15-21 sampai
pasal 3) Dan di dalam Yesuslah janji Tuhan bahwa Abraham akan menjadi berkat
bagi semua suku bangsa tergenapi. Karena itu, dasar kita diselamatkan adalah
iman kepada Yesus, bukan menurut kewarganegaraan ataupun garis keturunan
Yahudi. Baik orang Yahudi maupun suku bangsa lain, asal percaya kepada Yesus,
maka akan dibenarkan dan menjadi umat Tuhan. Dan sebagai umat Tuhan kita
dituntut untuk hidup mengasihi Tuhan dan sesama manusia. Karena itu, Marilah
kita bersandar kepada Rohkudus, agar dimampukan untuk bisa melakukan Hukum
Taurat: hidup mengasihi Tuhan dan sesama
manusia. Ingat: Yesus datang bukan
untuk meniadakan Hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya (Mat. 5:17). Sehubungan
dengan itu, adalah baik jika kita menyadari diri kita sebagai umat Tuhan. Namun
jikalau kita tidak mengasihi Tuhan dan manusia, maka identitas itu menjadi
identitas yang palsu, sama seperti orang Israel yang tidak percaya kepada Yesus
dan menjadi Israel yang palsu. (cgi henry / gmi wesley pekanbaru)
No comments:
Post a Comment