Sunday, March 18, 2012

Apa Itu Gereja ? (2)


Apa itu Gereja (2)
Pendahuluan
Tiga minggu yang lalu kita sudah membahas “Apa itu Gereja?” dan “Siapakah Gereja itu?”. Makna gereja yang sesungguhnya bukan gedungnya melainkan orangnya. Salah satu identitas gereja yang kita bahas 3 minggu yang lalu adalah gereja sebagai “umat Tuhan”. Ada banyak  lagi perumpamaan dalam Alkitab yang bisa membantu kita memahami identitas kita. Misalnya: gereja adalah mempelai Kristus (Ef. 5:32), ranting pohon anggur (Yoh. 15:5), pohon zaitun (Rom. 4:35), tanah yang ditanam (1 Kor. 3:6-9), rumah (1 Kor. 3:9), tuaian (Mat. 13:1-30; Yoh. 4:35), bait Allah (1 Pet. 2:4-8), rumah Tuhan (Ibr. 3:6), tiang penopang dan dasar kebenaran (1 Tim. 3:15), tubuh Kristus (1 Kor. 12:12-27; Ef.1:22-23, 4:15-16; Kol. 2:19), bait Rohkudus (1 Kor. 3:16-17, 6:19), dll. Diantara semua  perumpamaan ini, perumpamaan gereja sebagai “tubuh Kristus” dan “rumah Tuhan” akan menjadi fokus pembahasan  kita. Apa makna kedua perumpaan ini dalam kehidupan bergereja?

Gereja sebagai tubuh Kristus (1 Kor. 12:12-27)
Gereja sebagai tubuh Kristus memiliki tiga ciri khas:
1.        Tidak membedakan suku dan kedudukan. Ini bukan berarti sebuah gereja lokal harus dibangun atau terdiri dari berbagai suku bangsa yang berbeda, melainkan kita harus memandang berbagai gereja lokal dan berbagai gereja suku sebagai satu kesatuan dari anggota tubuh Kristus. Sudah tentu kalu kita menghendaki dalam satu gereja lokal yang di dalamnya bersifat plural atau terdiri dari banyak suku bangsa yang berbeda, itu tidak salah, namun bukan mutlak. Menurut saya, adalah lebih baik jikalau kita membangun gereja berdasarkan suku, misalnya Gereja Tiong hua, Gereja Batak, dll. Mengapa? Pertama, karena dengan membangun gereja berdasarkan suku, maka kita bisa menghindari konflik budaya, ideology, dan cara hidup dari setiap etnik yang berbeda. Kedua, dalam hal pengabaran Injil, melakukan pengabaran Injil terhadap suku sendiri juga akan lebih efektif dibandingkan dengan melakukan penginjilan kepada suku yang berbeda.
2.         Saling membutuhkan. Sebagai anggota tubuh, setiap kita adalah penting, kita saling membutuhkan, saling menopang, saling menaati bahkan bersatu. Adalah sangat tidak sehat jikalau ada diantara anggota tubuh yang menyombongkan diri atau rendah diri, sebab setiap kita adalah penting dan berguna sesuai dengan kemampuan dan fungsi kita masing-masing. Karena itu, hendaklah kita percaya diri, menghormati dan menghargai diri sendiri dan orang lain; dengan demikian orang lain juga akan menghormati dan menghargai kita.
3.        Bisa sakit. Sebagai anggota tubuh, adakalanya kita bisa sakit. Virus yang menyebabkan kita sakit diantaranya: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, egois, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pestapora, kesombongan, fitnah, tamak, tipu muslihat, dll (Gal. 5:19-21; 1Tim. 6:4,9; Rom 1:29). Selain itu, virus gereja termasuk: memberontak dan banyak kritik, menganggap diri sendiri benar, tidak mau mengampuni, kompromi dengan dosa, percaya gosip, pengurus yang tidak bertanggungjawab, perebutan kekuasaan, kehilangan jiwa memberitakan Injil, dll (Neil Anderson), penyalahgunaan harta benda dan keterikatan seksual, dll (Peter Steinke).
4.        Membutuhkan antibody. Sama seperti tubuh kita, bila sakit, butuh antibody , gereja sebagai anggota tubuh Kristus, jika sakit juga butuh antibody. Kita harus menyelidiki apakah ada virus tertentu dalam diri kita sebagaimana yang disebutkan diatas, maka kita harus melawannya dengan antibody. Ada 2 antibody yang bisa kita pakai untuk melawan virus-virus tersebut, yaitu: pertama, mengaku dosa dan bertobat (Dan. 9:4-19; Neh. 1:4-11, dsb.) kedua,  kasih (1Kor. 13:4-7).
Gereja sebagai anggota keluarga Tuhan (Ef. 2:19)

Sebagaimana sebuah keluarga mebutuhkan kasih dan keterbukaan, Gereja sebagai anggota keluarga Tuhan juga demikian. Selain itu, kita melihat bahwa biasanya di dalam sebuah keluarga itu ada persekutuan, pengorbanan, perhatian, pengertian, menghormati, menghargai, komunikasi, interaksi, kesopanan, hak dan kewajiban, senang dan susah, dll. Saya yakin semuanya itu ada di dalam gereja kita, maka saya berani berkata bahwa: “Kita adalah satu keluarga di dalam Tuhan”. Kekeluargaan anggota jemaat kita tampak dari sikap kita yang bersedia saling menolong dan menopang anatara satu dengan yang lain. Kekeluargaan kita juga tampak dari sikap kita yang suka bersekutu bersama, misalnya pada saat imlek maupun malam cap go me, boleh dikatakan hampir semua jemaat kita saling berkumpul, berkunjung dan bersatu.

Bersekutu bersama, makan dan minum bersama adalah sesuatu yang indah. Namun kita juga menyadari bahwa persoalan makan dan minum itu menyangkut kekuatan ekonomi. Bagi jemaat yang kurang mampu secara ekonomi, maka persolan makan dan minum akan menjadi beban. Bahkan mungkin ada jemaat tertentu karena hambatan ekonomi, sehingga merasa minder dan menjauhi persekutuan. Ini adalah sikap yang keliru. Sebagai anggota keluarga Tuhan, tujuan persekutuan kita adalah: membagi dan menyaksikan kasih Tuhan. Bagi yang mampu menjamu makan, seharusnya yang menjadi dasar dan motivasinya adalah kasih; bagi yang tidak mampu, seharusnya mengikuti persekutuan dan jamuan makan  dengan hati yang bersyukur. Adalah salah jikalau jemaat menjamu dengan motivasi tidak mau kalah atau sekedar mau menonjolkan diri. Adalah salah juga jikalau ada jemaat yang tidak mampu menjamu, lalu  merasa minder dan meninggalkan persekutuan. Hendaklah yang mampu tidak menjadi sombong dan yang tidak mampu tidak menjadi rendah diri, karena kedua sikap tersebut tidak berkenan di hati Tuhan. Tuhan mengasihi kita tanpa membedakan kaya atau miskin. Dalam persekutuan yang diperlukan adalah jujur kepada diri sendiri dan jujur kepada orang lain: kita tidak perlu memikul batu yang lebih besar daripada kemampuan kita yang sesungguhnya.

Sebagaimana sebuah keluarga mempunyai kepala keluarga. Tuhan Yesus adalah kepala keluarga kita yang tidak kelihatan, dan di dalam gereja, kita mempunyai kepala keluarga yang kelihatan, yaitu hamba Tuhan dan para majelis. Sebagai kepala keluarga, kami ingin membangun kepercayaan. Seiring dengan itu, kami senantiasa terbuka untuk mendengar persolan dan menemani anggota jemaat dalam menghadapi pergumulan hidup semaksimal mungkin. Perlu diketahui bahwa walaupun kami, kepala keluarga yang kelihatan ini adalah manusia biasa, namun dibalik kami ada kepala keluarga yang tidak kelihatan, yakni Yesus sendiri. Boleh dikatakan bahwa sesungguhnya yang memimpin gereja kita, yang menjadi kepala keluarga gereja bukanlah manusia, melainkan Tuhan sendiri.

Kesimpulan

Sebagai anggota tubuh Kristus, kita tidak membedakan suku dan kedudukan, setiap kita adalah penting, kita saling membutukan dan saling bergantung. Sebagai anggota tubuh, adakalanya kita bisa sakit, dan apabila kita sakit, kita harus  mengetahui virus apa yang menyebabkan kita sakit, dengan demikian baru bisa dipulihkan sampai keakar-akarnya. Orang sakit butuh antibody untuk melawan virus, demikianlah kita juga membutuhkan antibody untuk melawan virus pembawa penyakit di dalam tubuh Kristus, diantaranya adalah pengakuan dosa (bertobat) dan kasih. Sebagai keluarga Tuhan, selain harus saling mengasihi, menghormati, menghargai dan saling terbuka…, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah susah senang tanggung bersama. Tuhan memberkati!!!  ( cgi henry / gmi wesley pekanbaru )

No comments:

Post a Comment