Apa itu Gereja (2)
Pendahuluan
Tiga
minggu yang lalu kita sudah membahas “Apa itu Gereja?” dan “Siapakah Gereja
itu?”. Makna gereja yang sesungguhnya bukan gedungnya melainkan orangnya. Salah
satu identitas gereja yang kita bahas 3 minggu yang lalu adalah gereja sebagai
“umat Tuhan”. Ada banyak lagi
perumpamaan dalam Alkitab yang bisa membantu kita memahami identitas kita. Misalnya:
gereja adalah mempelai Kristus (Ef. 5:32), ranting pohon anggur (Yoh. 15:5),
pohon zaitun (Rom. 4:35), tanah yang ditanam (1 Kor. 3:6-9), rumah (1 Kor.
3:9), tuaian (Mat. 13:1-30; Yoh. 4:35), bait Allah (1 Pet. 2:4-8), rumah Tuhan
(Ibr. 3:6), tiang penopang dan dasar kebenaran (1 Tim. 3:15), tubuh Kristus (1
Kor. 12:12-27; Ef.1:22-23, 4:15-16; Kol. 2:19), bait Rohkudus (1 Kor. 3:16-17,
6:19), dll. Diantara semua perumpamaan
ini, perumpamaan gereja sebagai “tubuh Kristus” dan “rumah Tuhan” akan menjadi fokus
pembahasan kita. Apa makna kedua
perumpaan ini dalam kehidupan bergereja?
Gereja sebagai tubuh Kristus (1 Kor. 12:12-27)
Gereja
sebagai tubuh Kristus memiliki tiga ciri khas:
1.
Tidak membedakan
suku dan kedudukan.
Ini bukan berarti sebuah gereja lokal harus dibangun atau terdiri dari berbagai
suku bangsa yang berbeda, melainkan kita harus memandang berbagai gereja lokal
dan berbagai gereja suku sebagai satu kesatuan dari anggota tubuh Kristus.
Sudah tentu kalu kita menghendaki dalam satu gereja lokal yang di dalamnya
bersifat plural atau terdiri dari banyak suku bangsa yang berbeda, itu tidak
salah, namun bukan mutlak. Menurut saya, adalah lebih baik jikalau kita
membangun gereja berdasarkan suku, misalnya Gereja Tiong hua, Gereja Batak,
dll. Mengapa? Pertama, karena dengan
membangun gereja berdasarkan suku, maka kita bisa menghindari konflik budaya,
ideology, dan cara hidup dari setiap etnik yang berbeda. Kedua, dalam hal pengabaran Injil, melakukan pengabaran Injil
terhadap suku sendiri juga akan lebih efektif dibandingkan dengan melakukan
penginjilan kepada suku yang berbeda.
2.
Saling
membutuhkan. Sebagai anggota tubuh, setiap kita adalah penting, kita saling
membutuhkan, saling menopang, saling menaati bahkan bersatu. Adalah sangat
tidak sehat jikalau ada diantara anggota tubuh yang menyombongkan diri atau
rendah diri, sebab setiap kita adalah penting dan berguna sesuai dengan
kemampuan dan fungsi kita masing-masing. Karena itu, hendaklah kita percaya
diri, menghormati dan menghargai diri sendiri dan orang lain; dengan demikian
orang lain juga akan menghormati dan menghargai kita.
3.
Bisa sakit. Sebagai anggota
tubuh, adakalanya kita bisa sakit. Virus yang menyebabkan kita sakit
diantaranya: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, egois, percideraan, roh pemecah, kedengkian,
kemabukan, pestapora, kesombongan, fitnah, tamak, tipu muslihat, dll (Gal.
5:19-21; 1Tim. 6:4,9; Rom 1:29). Selain itu, virus gereja termasuk: memberontak
dan banyak kritik, menganggap diri sendiri benar, tidak mau mengampuni,
kompromi dengan dosa, percaya gosip, pengurus yang tidak bertanggungjawab,
perebutan kekuasaan, kehilangan jiwa memberitakan Injil, dll (Neil Anderson), penyalahgunaan harta
benda dan keterikatan seksual, dll (Peter
Steinke).
4.
Membutuhkan
antibody.
Sama seperti tubuh kita, bila sakit, butuh antibody , gereja sebagai anggota
tubuh Kristus, jika sakit juga butuh antibody. Kita harus menyelidiki apakah
ada virus tertentu dalam diri kita sebagaimana yang disebutkan diatas, maka
kita harus melawannya dengan antibody. Ada 2 antibody yang bisa kita pakai
untuk melawan virus-virus tersebut, yaitu: pertama,
mengaku dosa dan bertobat (Dan. 9:4-19; Neh. 1:4-11, dsb.) kedua, kasih (1Kor. 13:4-7).
Gereja sebagai anggota keluarga Tuhan (Ef. 2:19)
Sebagaimana
sebuah keluarga mebutuhkan kasih dan keterbukaan, Gereja sebagai anggota keluarga
Tuhan juga demikian. Selain itu, kita melihat bahwa biasanya di dalam sebuah
keluarga itu ada persekutuan, pengorbanan, perhatian, pengertian, menghormati,
menghargai, komunikasi, interaksi, kesopanan, hak dan kewajiban, senang dan
susah, dll. Saya yakin semuanya itu ada di dalam gereja kita, maka saya berani
berkata bahwa: “Kita adalah satu keluarga di dalam Tuhan”. Kekeluargaan
anggota jemaat kita tampak dari sikap kita yang bersedia saling menolong dan
menopang anatara satu dengan yang lain. Kekeluargaan kita juga tampak dari
sikap kita yang suka bersekutu bersama, misalnya pada saat imlek maupun malam
cap go me, boleh dikatakan hampir semua jemaat kita saling berkumpul,
berkunjung dan bersatu.
Bersekutu
bersama, makan dan minum bersama adalah sesuatu yang indah. Namun kita juga
menyadari bahwa persoalan makan dan minum itu menyangkut kekuatan ekonomi. Bagi
jemaat yang kurang mampu secara ekonomi, maka persolan makan dan minum akan
menjadi beban. Bahkan mungkin ada jemaat tertentu karena hambatan ekonomi, sehingga
merasa minder dan menjauhi persekutuan. Ini adalah sikap yang keliru. Sebagai
anggota keluarga Tuhan, tujuan persekutuan kita adalah: membagi dan menyaksikan kasih
Tuhan. Bagi yang mampu menjamu makan, seharusnya yang menjadi dasar dan
motivasinya adalah kasih; bagi yang tidak mampu, seharusnya mengikuti
persekutuan dan jamuan makan dengan hati
yang bersyukur. Adalah salah jikalau jemaat menjamu dengan motivasi tidak mau
kalah atau sekedar mau menonjolkan diri. Adalah salah juga jikalau ada jemaat
yang tidak mampu menjamu, lalu merasa
minder dan meninggalkan persekutuan. Hendaklah yang mampu tidak menjadi sombong
dan yang tidak mampu tidak menjadi rendah diri, karena kedua sikap
tersebut tidak berkenan di hati Tuhan. Tuhan mengasihi kita tanpa membedakan
kaya atau miskin. Dalam persekutuan yang diperlukan adalah jujur kepada diri sendiri dan
jujur kepada orang lain: kita tidak perlu memikul batu yang lebih
besar daripada kemampuan kita yang sesungguhnya.
Sebagaimana
sebuah keluarga mempunyai kepala keluarga. Tuhan Yesus adalah kepala keluarga
kita yang tidak kelihatan, dan di dalam gereja, kita mempunyai kepala keluarga
yang kelihatan, yaitu hamba Tuhan dan para majelis. Sebagai kepala keluarga, kami
ingin membangun kepercayaan. Seiring dengan itu, kami senantiasa terbuka untuk
mendengar persolan dan menemani anggota jemaat dalam menghadapi pergumulan
hidup semaksimal mungkin. Perlu diketahui bahwa walaupun kami, kepala keluarga
yang kelihatan ini adalah manusia biasa, namun dibalik kami ada kepala keluarga
yang tidak kelihatan, yakni Yesus sendiri. Boleh dikatakan bahwa sesungguhnya
yang memimpin gereja kita, yang menjadi kepala keluarga gereja bukanlah
manusia, melainkan Tuhan sendiri.
Kesimpulan
Sebagai anggota
tubuh Kristus,
kita tidak membedakan suku dan kedudukan, setiap kita adalah penting, kita
saling membutukan dan saling bergantung. Sebagai anggota tubuh, adakalanya kita
bisa sakit, dan apabila kita sakit, kita harus
mengetahui virus apa yang menyebabkan kita sakit, dengan demikian baru
bisa dipulihkan sampai keakar-akarnya. Orang sakit butuh antibody untuk melawan
virus, demikianlah kita juga membutuhkan antibody untuk melawan virus pembawa
penyakit di dalam tubuh Kristus, diantaranya adalah pengakuan dosa (bertobat)
dan kasih. Sebagai keluarga Tuhan,
selain harus saling mengasihi, menghormati, menghargai dan saling terbuka…,
satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah susah senang tanggung bersama. Tuhan memberkati!!! ( cgi henry / gmi wesley pekanbaru )
No comments:
Post a Comment